Selamat Datang di situs resmi Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia, kabupaten kutai kartanegara selamat menikmati, bersama etam membangun pelajar dengan berbasis imtaq dan iptek di odah kita.

KONFRENSI WILAYAH KALTIM KE 15

pemilihan dan pelantikan pengurus wilayah periode 2011-2013.

Lambang PII, dan badan otonom serta Keluarga Besar

sejak 1947 berkiprah memajukan pendidikan di indonesia

Peringatan Hari jadi PII tahun 2012

Mengundang dai kondang "ustadz Azhari nasution" dai muda pilihan ANTV

Aksi Kemanusiaan

Galang Dana Untuk Korban kebakaran

Dialog pelajar

bekerjasama dengan korps brigade PII kaltim dalam rangka hari pahlawan

Agenda Selanjutnya Leadership Basic Training di Tenggarong, Kutai Kartanegara SMA Negeri 2 Tenggarong. Pada Tanggal 25 - 31 Juli 2012

Jumat, 06 Juli 2012

DIBALIK KERUDUNG

Oleh Ahmad Nur Salim

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Hanya tanahnyalah yang berlainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, maka ia akan tumbuh sebagai pendusta, penipu dan hal lain yang tercela. Tetapi jika ia jatuh ke tanah yang subur, di sana ia akan tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia, dan budi pekerti yang tinggi serta perangai lainnya yang terpuji.

Terkadang cinta itu membuat semua orang jadi bahagia, sengsara, atau bahkan cinta bisa membuat seorang menjadi tak berdaya, tetapi banyak sekali dari diri kita yang salah menentukan arah tujuan dari pada cinta! Setiap orang pasti punya rasa cinta, tapi tak setiap orang dapat merasakan indahnya cinta! Setiap orang pernah bercinta tapi tak setiap orang mampu mengecap bahagianya cinta...

Semua orang pasti memiliki perasaan cinta, karena hal itu merupakan tabi’at dari manusia itu sendiri. Bukankah Allah SWT pernah berfirman dalam Al-Qur’an; ’’Dijadikan indah pula ( pandangan ) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga). (Qs. Ali imron: 14). Kata-kata itu muncul ketika Ustadz Afandi memberikan ceramah di masjid Baitusy syahid.
”Cinta itu memang anugerah, tetapi juga bisa menjadi musibah! (kata Ustadz).Tergantung kita di dalam mengemasnya..! Jikalau cinta itu kita kemas atas dasar ketakwaan kepada Allah, maka cinta itu akan berbuah menjadi anugerah terindah. Tetapi, jika cinta itu kita kemas atas dasar syahwat, maka cinta itu akan menjadi petaka bagi kita! Seperti yang di alami oleh Abdullah.
Ia adalah seorang anak yang rajin, sopan, dan murah senyum. Hik’s!
Selama ini ia menjalani aktivitas sehari-hari di pesantren lita’limil Qur’an. Hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, dan detik demi detik, ia gunakan untuk menitih ilmu. Disana, ia dididik, diasuh, dan digembleng oleh ustad-ustad yang sudah mahir di bidang agamanya. Seiring berjalannya waktu, ketika burung berkicau dengan begitu indah, ayam berkokok dengan begitu kerasnya, ketika langit sudah mulai menampakkan pesona keindahannya...( duuh..jadi terharu nih!) para santri bersiap-siap menuju ke masjid untuk memenuhi panggilan Illahi rabbi.
Allahu akbar...Allahu akbar...
Suara adzan bergemuruh, menggetarkan hati pendengarnya. Dengan suara yang merdu dan indah seorang mu’adzin melantunkan kalimat takbir.
”Took...! Took...! Kang..bangun..bangun! Sudah waktunya sholat shubuh!”, suara pengurus pesantren yang sedang membangunkan para santri yang masih tertidur lelap di tempat tidurnya, hanya untuk memenuhi panggilan Illahi. “Kang…ayo bangun.” Suara Arif mengajakku. “ada apa kang…?” sahutku yang masih memeluk bantal. ”Sudah waktunya sholat shubuh, ayo kang...bangun!” sahut Arif mendesak. ”Iya..” kataku singkat sambil menarik selimut, ”Ayo...!” sahut Arif sambil menarik bantal dan selimutku, ”iya..iya...!” sambungku masih mengantuk.

Semua santri terbangun, kemudian mengambil air wudhu untuk mensucikan diri. Ada juga dari salah satu santri yang sudah duduk didepan mimbar sedang melantunkan ayat-ayat Al-qur’an, sementara santri lain sedang muraja’ah kitab, serta ada yang melakukan sholat rawatib dua raka’at, dan ada juga santri yang masih sulit untuk dibangunkan, akhirnya pengurus memercikkan air di mukanya.
Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, semua santri duduk berbaris ke belakang untuk muthola’ah ayat-ayat Al-qur’an yang sudah pernah dihafalnya, dengan Ustadz Rohman AL.LC. Ada yang sudah menghafal 1 jus, 5 jus, atau bahkan sampai 30 jus. Pagi yang cerah!

Di mana matahari mulai menampakkan pancaran sinarnya, terlihat awan yang cerah dan angin yang terhembus menerpa awan. Sekitar pukul 08.00 para santri mempersiapkan diri dan memulai melangkahkan kaki.
”kang...cepatlah, ayo kita berangkat!” Teriak Ardi dengan keras.
”Ustadznya udah hadir belum?” Sahut Ikhsan sambil mencari kitabnya yang telah hilang.” ”sudah kang...Ustadznya sudah menunggu di depan kelas.” balas Ardi dengan tegas. ”Ya akhi..tunggu sebentar”, sahut Ikhsan sambil membawa kitabnya.
Akhirnya merekapun berbondong-bondong (fastabikhul khoirat) menuju ke majlis ta’lim untuk tholabul ’ilmi atau mencari ilmu. Yeap’s! Ketika para santri ingin mengkaji kitab Ihya’ ulumuddin dengan pak Ustadz, sebut saja ustadz Imron! Beliau yang mengajarkan ilmu-ilmu syari’at di sana.
Tuut...! tuut...! (bunyi hujan di atas genting!) hiip’s..! bunyi bel tanda masuk kelas dibunyikan, semua santri putra maupun putri memasuki kelas. Di samping itu ada dua orang santri yang belum memasuki kelas, yaitu aku dan ukhti Ria.
Ku langkahkan kaki menuju tempat yang belum pernah aku memasukinya, ketika sampai didepan pintu, terdengar banyak orang melafadzkan Kalamullah dan kalam rosulullah, hatiku menjadi terenyuh dan tergugah untuk mempelajarinya. Disaat aku telah meresapi dan menghayati ayat-ayatullah, tiba-tiba terlihat sosok wanita bercadar yang memakai kerudung putih berjalan dengan tergesa-gesa menuju majlis ta’lim untuk mempelajari kitab yang di karang oleh imam Ghozali. Sekejap aku melihatnya, terlihat di matanya tampak ada rasa penyesalan yang tiada tara karena terlambat memasuki kelas.
Pada saat itu pula, kami sempat saling bertatap mata satu dengan yang lainya. Kulihat pancaran pesona keindahan di setiap gerak-gerik kelopak matanya..! (deuh..jatuh cinta nih kayaknya!)

Akupun memberanikan diri untuk bertanya, dengan malu-malu kuucapkan sepatah kata, ”Ukhti terlambat ya?”
diapun menjawab dengan begitu anggunnya, ”iya akhi, tadi kitab saya tidak ada di almari.
”Kamu juga kenapa terlambat?”, tanya ukhti.
Dengan santai aku menjawabnya, ”saya anak baru disini, jadi saya tidak begitu paham tentang kegiatan pondok ini”, ”Ohh...begitu ya! sahut ukhti dengan lembut.”
Kemudian, ku ketuklah pintu kelas dengan pelan-pelan.
Took...! took...!
Dag..dig...dug...jantung berdetak begitu kencangnya, ketika ingin memasuki fashlul ’ula (kelas satu), yang pada saat itu sedang belajar Ihya’ ulumuddin.
Akupun mengucapkan salam: “Assalamu’alaikum?”
semua santri menjawab: ”wa’alaikum salam.”
Semua orang menatapku keheranan, ada juga yang berteriak mengejekku.
Huu...! huu...! ada yang janjian nih ya kayaknya..! hmm..
Didalam hatiku tidak ada rasa kesal sedikitpun ketika teman-teman mengejekku, mungkin karna saya belum mengenal mereka sepenuhnya. Hanya ’Arif’lah yang aku kenal pada saat itu, karna sebelumnya dialah yang mengantarkanku untuk bertemu dengan KH. Abu ahmad ruhani AL.LC. ketika awal saya mondok di pesantren. Yah, Beliau adalah selaku Amir Ma’had lita’limil Qur’an.

Tetapi aku merasa tidak enak kepada ukhti yang sama-sama terlambat masuk kelas tadi. Tentu dia sangat malu sekali atas kejadian pada waktu itu. Raut wajahnya terlihat tampak layu, tatapan matanya terlihat membiru, Aku mencoba untuk tenangkan diri, aku merasa sangat bersalah kepada ukhti, dalam hati aku ucapkan; ”maafkan aku ukhti!” (sebelumnya aku belum mengenal siapa namanya). Setelah aku memasuki kelas, Ustadz Imron bertanya kepadaku, ”masmukal karim ya Akhi (siapa namamu)?”

Ismi Abdullah Ustadz! (nama saya Abdullah Ustadz).”
”sebelumnya aku belum pernah melihatmu, kamu santri baru ya disini?” tanya Ustadz bijaksana. ”Na’am (iya) Ustadz!” jawabku lirih. Kemudian Ustadz menyuruhku untuk berta’aruf (berkenalan) dengan teman-teman di depan kelas.
Akupun mulai memperkenalkan diri, ”Assalamu’alaikum wr.wb?” kataku memulai. ”wa’alaikum salam wr.wb” sahut teman-teman.
Pertanyaan demi pertanyan di lontarkan kepadaku. ”Masmukal karim ya akhi?” tanya Hafidz. ”wa ’aina taskunu ya akhi?” sahut Ilham.

Udara sejuk di pagi hari, angin menghembus melewati sela-sela jendela, sementara baling-baling kipas berputar dengan kencangnya, tetapi udara saat itu terasa sangat panas bagiku. Ku menarik nafas pelan-pelan, dan ku mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan kepadaku, ”Ismi Abdullah akhi, ana min Purwodadi” jawabku dengan tenang. Ketika saya berada didepan kelas, sayapun melihat seorang wanita berkerudung putih merengguk sedih tepat di sudut tembok sebelah kiri, ternyata ia adalah ukhti.
Setelah kejadian itu, hatiku terasa gundah dan piluh, disetiap gerak-gerik langkahku, terpaku dalam kalbu, di setiap jangkauan pandanganku terlintas bayangan kelembutan senyum manis yang menghiasi wajah, terlintas bayangan wajah ukhti. Bahkan, disaat aku membaca kalamullah, disetiap lantunan ayat yang aku baca, terbayang-bayang semua tentangnya, keanggunan prilakunya, tutur katanya, bahkan kerudungnya...! hip’s!
Ya Allah..
Ampunilah hambamu ini..
hamba tidak kuat menahan rasa yang terus menghambur di dalam hati... Sejenak akupun termenung dan berkata, ”Apakah ini yang dinamakan cinta?”, selama ini saya tidak pernah merasakan getaran yang begitu dahsyatnya seperti yang aku rasakan saat ini. Pada saat itu pula, bibirku bergetar dengan sendirinya, seraya berkata:

Ooh..ukhti...
Namamu tak terukhir dalam catatan harianku
Asal-usulmu tak hadir dalam diskusi kehidupanku
Wajah wujudmu tak terlukis dalam sketsa mimpi-mimpiku
Indah suaramu tak terekam dalam pita batinku
Namun, kau hidup mengaliri pori-pori cinta dan semangatku
Sebab, kau adalah hadiah terindah..untukku..!
Langitpun sudah mulai semakin gelap, terlihat para santri sedang menghafal hadits ”Arba’in An-nawawi”, mereka sedang menghafal hadits yang ke-13 yang berbunyi: ”Laa yu’minu ahadukum hattaa yuhibbu liakhiihi maa yuhibbu linafsih” artinya, ’Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu sekalian, sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri’, di sisi lain aku tidak menghafalkan hadits, ku duduk di serambi masjid sedang termenung. Ternyata, aku masih memikirkan Ukhti yang memakai kerudung putih tadi. Hafidz bertanya kepadaku, ”kenapa akhi termenung gelisah seperti itu?”, ”tidak apa-apa akhi” jawabku menghindar. ”Kenapa Akhi, apa yang terjadi? Hari ini kamu terlihat sedih sekali, kenapa?” desak Hafidz sambil memegang bahu kiriku. ”aku sedang memikirkan sesuatu Akhi, hatiku sedih, dan aku merasa bersalah”, sahutku. ”Laa tahzan innallaha ma’anaa (jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita)” sahut Umar menasehati.
Allahu akbar...Allahu akbar...Suara adzan telah di kumandangkan! Semua santri bergegas menuju ke masjid untuk melaksanakan sholat magrib secara berjama’ah. Setelah selesai sholat, para santri mempersiapkan diri untuk mengaji kitab Riyadus shalihin, karangan Imam An-nawawi dengan Ustadz Abu ahmad ruhani AL.LC. Beliau membuka kajian itu dengan ucapan salam, ”Assalamu’alaikum wr.wb.” sahut para santri, ”wa’alaikum salam wr.wb.” Kemudian, beliau memberikan hikmah tentang ”Takwa”, salah satunya yaitu didalam Surat Ath-Thalaq ayat 2, ”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberi jalan keluar baginya dan Allah akan memberi rezeki dari arah yang tiada di sangka-sangkanya.” Begitu indah beliau menguraikannya, sehingga dapat menyentuh kalbu. Setelah selesai memberikan materi, Ustadz bertanya kepada para santri, ”siapa yang tidak menghafalkan hadits Arba’in An-nawawi hari ini?” semua santri terdiam. ”Coba maju kedepan” lanjut Ustadz. Akhirnya, tiga orang santri maju kedepan, yaitu Asep, Yahya, dan Abdullah. Satu persatu mereka ditanya bagaimana bisa sampai tidak menghafalkan hadits.

Ustadz bertanya kepada Asep, ”bagaimana bisa kamu tidak menghafal Sep?”
”Saya tadi lupa Ustadz”, jawab Asep.
Kemudian, Ustadz meneruskan pertanyaan, ”kenapa bisa lupa Sep, apa yang kamu kerjakan selama hari ini?”
”saya tadi di suruh Ustadzah Nisa’ untuk membeli kitab di Zia, pusat pembelian kitab.” saya tidak sempat menghafal Ustadz! Afwan...sahut Asep sambil menundukkan kepala.

Kemudian Ustadz melontarkan pertanyaan kepada yahya, ”kalau kamu kenapa ya?”...jawab yahya dengan gemetar, ”Aaa..a...a..ku, tadi ketiduran Ustadz!”.
”Kenapa bisa?” tanya Ustadz kembali.
”tadi habis bermain kurotal kodam (sepak bola) Ustadz!”...jawab yahya.
”Sebagian dari (kualitas) yang baik dari keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya, Paham?” lanjut Ustadz menasehati. ”iya Ustadz, saya paham!” jawab yahya menyesal. Malam begitu terang saat itu, terlihat bulan yang di selimuti banyak bintang, angin menghembus kencang, udara terasa dingin. Menggambarkan suasana hatiku pada waktu itu, tubuhku menjadi dingin seperti angin yang menghembus kencang menerpa dedaunan kering, ketika ustadz memberikan pertanyaannya kepadaku. ”Kenapa kamu tidak menghafal Abdul?” tanya Ustadz lirih. ”Saya tidak tahu Ustadz kalau di suruh menghafalkan hadits!” jawabku pelan. ”ya sudah tidak apa-apa, besok dihafalkan ya?” sahut Ustadz memaklumi.
Pada saat itu pula, aku melihat wajah ukhti yang berada di sebelah kanan tiang masjid. Wajah paras, elok, anggun, nan indah terpadu menjadi satu. Hatiku berbunga-bunga dibuatnya, tubuhku terasa kaku karenanya. Ooh..! Sungguh diriku tak kuat menahan rasa yang terus menggelut di dalam hati.
Malam semakin gelap, semua santri pulang ke pondok untuk beristirahat.

Huuupps...! huuups...! Suara santri yang sedang menyedu teh hangat, terasa manis, dan enak. Sedangkan aku berada di tempat tidur, memeluk bantal sambil menghitung genting yang berada di atas tempat tidur. Kemudian Arif menghampiriku dengan membawa secangkir teh hangat.
”Kenapa Dul?” tanya Arif mengganggu.
”Gak..!” jawabku singkat.
”Ayo..ayo..kenapa? jatuh cinta ya?” sahut Arif menggoda.
”Yee..siapa coba yang jatuh cinta?” jawabku mengelak.
”Ayo..sama siapa? ngaku saja, siapa tahu saya nanti bisa bantu!” sahut Arif.

Akupun sedikit berfikir, akhirnya aku menceritakan semuanya kepada Arif. Terdengar suara keras ke arahku, Ha...ha....ha....! ”Arif tertawa terbahak-bahak, mengejekku!”... wajahku tampak pucat saat itu, ku mencoba untuk tenangkan diri, terbesit di telingaku kata-kata maaf. ”Maaf Dul...maaf...! aku tidak bermaksud untuk mengejekmu, aku hanya heran saja, masak cowok selugu kamu bisa jatuh cinta?” sahut Arif meminta maaf.
”Cinta itu khan anugerah Rif, emangnya gak boleh ya, kalau aku jatuh cinta!” sahutku singkat. ”boleh sih, tapi.....?” kata Arif penuh makna.
”Tapi kenapa?” jawabku penasaran.
”kalau boleh tahu, siapa sih yang membuat hati kamu jadi luluh seperti ini?”...”hmm...!” wajahku memerah tampak malu, hanya kata itulah yang terucap dalam bibirku. ”Ehem..kamu jatuh cinta sama Ukhti Ria ya?” sahut Arif menggoda.

Jadi, namanya Ukhti Ria ya? Sahutku dengan kilat. Upp’s..ketahuan deh!
”Ooh..gitu tho! Bener khan apa yang aku bilang!” hik’s...Arif tersenyum kepadaku.
”Iya deh iya...aku ngaku, aku memang sedang jatuh hati kepada Ukhti..!”...akhirnya kami pun tersenyum dan tertawa bersama.

Malam semakin gelap, semua kamar tertutup dan semua lampu mati, semua santri telah tertidur pulas. Hanya lampu kamarkulah yang masih hidup, karena aku masih bersendau gurau dengan Arif, yang kebetulan dia satu kamar denganku. Wuussst...! Suara angin malam yang menerjang ranting pepohonan. Kulihat suasana malam yang sunyi sepi, akhirnya akupun berbaring di tempat tidur tepat di sebelahnya Arif, dan akupun mulai membaca do’a, ”Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut”....dan akhirnya akupun tertidur. Dinyalakanya saklar lampu yang lebih terang. Kulirik jam weker yang berada di atas meja belajar. Pukul 03.10. waktunya qiyamul lail. Akupun mulai beranjak dari tempat tidur, ku carilah sandal jepit jelekku yang berada di rak. Masih terbayang sehelai kain yang dililitkan di mahkota terindah. Yeah...wajah Ukhti masih saja hinggap di benak hati dan pikiranku. Segera ku ambil air wudhu, dan ku gelar sajadah kesayanganku. Yeap’s! Sajadah yang selalu menemaniku di kala aku sedang sedih. Dengan hati yang tulus ikhlas, akupun mulai melafadzkan kalimat takbir.
”Ya Rabbi ya Rahman ya Rahim...tak sedikitpun hamba berniat untuk berpaling darimu, hamba hanya tak kuat menahan gejolak yang bersemayam di dalam kalbu.” Ku ungkapkan semua keluh kesah yang ada di benak hati. Malam begitu sunyi, terlihat bulan dan bintang bersinar terang menyinari kegelapan alam.

Ku goreskan pena dengan tinta warna hitam di atas selembar kertas, yang di dalamnya tertuliskan perasaan dan isi hatiku yang paling dalam. ”Sejak pertama kali aku melihatmu, dirimu selalu hadir dalam mimpi-mimpiku, wajah wujudmu selalu ada di setiap langkah kakiku, suaramu terekam dalam pita batinku, kau hidup mengaliri pori-pori cinta dan semangatku, ternyata diriku telah jatuh hati padamu.”... ku kirimkan surat ini lewat Arif. Setelah selesai mengaji Arif memberikan surat ini kepada Ukhti Ria.
”Assalamu’alaikum Ukhti?” kata Arif memanggil.
”Wa’alaikum salam, ada apa Akhi?” Sahut Ukhti Hidayah teman Ukhti Ria.
”Tidak, aku hanya ada perlu sedikit dengan Ukhti Ria. Dia ada tidak?” sahut Arif tergesa-gesa. ”Afwan Akhi, Ukhti Ria sedang mengisi acara di majlis ta’lim KAMAL (kuliah mu’alimil Qur’an), ada perlu apa ya? Nanti akan saya sampaikan kepada Ukhti Ria!” sahut Ukhti Hidayah.
”Iya Ukhti, saya Cuma ingin menyampaikan bincisan kecil ini buat Ukhti Ria, tolong sampaikan ya! Dan jangan dibaca dulu sebelum Ukhti Ria yang membacanya.” Sahut Arif. ”Iya Akhi Insyaallah.” balas Ukhti Hidayah. ”Ya sudah, Syukron katsiron. Jazakillahu ahsanal jaza’...! Sahut Arif sambil melambaikan tangan.

Sudah hampir dua hari aku menunggu jawaban dari Ukhti...Akhirnya, pagi itu...! Pagi yang amat cerah, sementara sang surya utuh menampakkan sinarnya, hembusan kencang awan pagi membuatku belum cukup punya nyali untuk menerima jawaban yang diberikan oleh Ukhti. Ku mencoba untuk tenangkan diri, bibir bergetar melantunkan ayatullah ”Robbissrohli shodri wayassirlii amri wahlul ukdatan min lisaani yafqahuu khouli”, tubuhku tiba-tiba menggigil kedinginan, ketika Ukhti Ria memberikan sesuatu kepadaku. Yeap’s! seuntai kata yang tertuliskan di selembar kertas warna merah muda, kemudian dimasukkanya ke dalam buku kecil nadham jurumiyah. Ternyata itu adalah jawaban yang diberikan oleh Ukhti kepadaku. Malam itu adalah merupakan malam bersejarah bagi kehidupanku, yang mungkin tidak akan pernah aku lupakan di sepanjang denyut nadiku. Setelah menata hati, ku ambil surat yang diberikan oleh Ukhti yang berada diatas meja belajarku. Ku awali membuka surat itu dengan membaca Basmalah ”Bismillahirrahmaanirrahim”, tanganku gemetar ketika ingin membaca surat itu. Kemudian kulepaslah pita yang diikatkan pada amplop surat, kubaca dengan suara lirih, didalamnya berisikan kata-kata penuh makna. Astagfirullah! Tiba-tiba hatiku terkejut ketika membaca isi surat pada paragraf terakhir, pada akhiran surat tertuliskan:

Bukan maksudku menyakiti hati
Diriku hanya tidak ingin membuatmu menjadi rapuh
Ku tak ingin engkau terombang-ambing
Sebagaimana ranting pohon yang di terjang angin
Sebenarnya....diriku sudah ada yang memiliki
Satu minggu sebelum engkau mengirimkan surat kepadaku, aku sudah di khitbah oleh Ilham mishbahul munir, putra dari Ustadz Rohman! Maafkan aku Akhi, semoga engkau mendapatkan pengganti yang lebih baik dari pada aku. Sekali lagi maafkanlah aku.....!

Kurapatkan jaket. Kupeluk kedua lutut menempel di dada, bertopang dagu sambil melamun. Hatiku hancur berkeping-keping seperti ceriping yang digiling-giling setelah selesai membaca surat itu. Diriku berada didalam kesedihan yang berkepanjangan, tubuhku yang kurus tampak semakin terlihat kurus. Wajahku tampak kusut tak bercahaya, bayang-bayang wajahnya masih saja terus menghantuiku....! Uuch...! sungguh terasa perih hatiku, sungguh diriku sudah tidak ada gunanya lagi untuk hidup.
”Sedih ya sedih, tapi jangan menyiksa diri sendiri seperti itu dong!” kata Arif menasehati sambil memegang pundak kananku.
”Habis, kok bisa-bisanya cintaku yang tulus berbalik menusukku seperti ini, apa salahku Rif?” sahutku sedih.
”Kamu tidak salah Abdul, tetapi..cinta kamu yang terlalu berlebihan itu yang membuat kamu menjadi tidak siap untuk menghadapi cobaan ini. Kebahagiaan atas cinta pada manusia itu terbatas masa berlakunya. Beda banget dengan cinta sama Allah. Cinta Allah itu indah, kekal, tanpa pamrih, dan gak kenal kata putus.....! Ayo Abdul semangat...tunjukin sama Allah bahwa kamu itu Ikhwan yang tabah dan kuat dalam menghadapi cobaan. Dan yakinlah, sesungguhnya dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenang.” kata Arif menghibur.
”Iya Rif, apa yang kamu katakan itu benar, cinta kepada makhluk itu sifatnya hanya sementara. Berbeda halnya cinta kepada Allah. Sesungguhnya, masih banyak lagi sesuatu yang jauh lebih bermanfaat yang harus aku kerjakan, dibandingkan saya terus menerus terpuruk dalam kesedihan.” kataku sambil berdiri.
”Nah, begitu dong...! itu baru sahabatku...!” sahut Arif sambil mengacungkan ibu jari tangannya. Akhirnya kamipun tersenyum bersama, dan ku dekap erat tubuh Arif sambil menggenggam jari tangannya.

Pesan; ” Cintailah orang yang mencintaimu sewajarnya saja, karena bisa jadi orang yang engkau cintai akan berbalik membencimu pada suatu masa, dan Bencilah orang yang membencimu sewajarnya saja, karena bisa jadi orang yang engkau benci akan berbalik mencintaimu pada suatu masa.” 
 
Sumber : http://www.lokerseni.web.id/2012/05/cerpen-cinta-dibalik-kerudung.html#ixzz1znvtFZbX

Kamis, 05 Juli 2012

Apakah Anda Tidak Takut Berbuat Bid’ah?



  Apakah anda mengira, memperingatkan ummat dari bid’ah itu demi kepentingan sebuah organisasi?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat tentang bahaya bid’ah itu demi kepentingan sebuah partai politik?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat tentang amalan-amalan bid’ah itu demi mendapatkan secuil harta dunia?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat tentang jeleknya bid’ah itu demi mempertahankan tradisi nenek moyang?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat tentang kerugian pelaku bid’ah itu agar dikenal sebagai orang alim yang paling pandai?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat agar meninggalkan bid’ah itu demi membela tokoh Fulan dan Allan?
Demi Allah, sama sekali tidak. Bahkan nyatanya para pelaris kebid’ahan lah yang memiliki tendensi-tendensi demikian. Dan sungguh, kita hendaknya enggan dan takut berbuat bid’ah karena takut kepada Allah Ta’ala.
Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah Ta’ala menyatakan bahwa ajaran Islam sudah sempurna, tidak butuh penambahan. Membuat amalan-amalan ibadah baru sama saja dengan memberikan ‘catatan kaki’ pada firman Allah Ta’ala:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah: 3)
Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah Ta’ala melarang kita berselisih ketika Qur’an dan sunnah sudah sangat jelas dalam menjelaskan ajaran agama ini secara sempurna, dari masalah tauhid hingga adab buang air besar, sama sekali tidak perlu penambahan lagi. Allah Ta’ala berfirman:
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Al Imran: 105)
Ash Shabuni berkata: “Maksud ayat ini adalah, janganlah berlaku seperti orang Yahudi dan Nasrani yang mereka berpecah-belah dalam masalah agama karena mengikuti hawa nafsu mereka padahal ayat-ayat yang datang kepada mereka sudah sangat jelas” (Shafwatut Tafasir, 202).
Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah Ta’ala mengancam orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya dan sunnah Nabi-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Allah itu takut akan ditimpa fitnah (cobaan) atau ditimpa azab yang pedih” (QS. An Nuur: 63)
Ketika Imam Malik ditanya tentang orang yang merasa bahwa ber-ihram sebelum miqat itu lebih bagus, padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah mensyari’atkan bahwa ihram dimulai dari miqat, maka Imam Malik pun berkata: “Ini menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya, dan aku khawatir orang itu akan tertimpa fitnah di dunia dan adzab yang pedih sebagaimana dalam ayat.. (beliau menyebutkan ayat di atas)” (Al I’tisham, 174). Menjelaskan perkataan Imam Malik ini, Asy Syathibi berkata: “Fitnah yang dimaksud Imam Malik dalam menafsirkan ayat ini berhubungan dengan kebiasaan dan kaidah ahlul bid’ah, yaitu karena mengedepankan akal, mereka tidak menjadikan firman Allah dan sunnah Rasulullah sebagai petunjuk bagi mereka” (Al I’tisham, 174).
Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mengikuti tuntunan Rasul-Nya. Allah Ta’ala pun mengancam orang yang menyelisihi tuntunan Rasul-Nya dengan siksaan yang keras. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang datang dari Rasulullah, maka ambilah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya” (QS. Al Hasyr: 7)
Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melarang berbuat bid’ah. Tidak anda takut terhadap siksaan Allah yang keras karena melakukan yang dilarang Rasulullah?
Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah mengancam neraka bagi hamba-Nya yang mengambil cara beragama bukan dari Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An Nisa: 115)
Ibnu Katsir menjelaskan: “Maksud ayat ini, barang siapa yang menjalani cara beragama yang bukan berasal dari Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam maka ia telah menempatkan dirinya di suatu irisan (syiqq), sedangkan syariat Islam di irisan yang lain. Itu ia lakukan setelah kebenaran telah jelas baginya” (Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 2/412)
Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah mencela orang yang membuat-buat syari’at baru yang dalam agama dan menyebut orang-orang yang mengajarkan syari’at baru, lalu ditaati, sebagai sesembahan selain Allah. Sebagaimana perbuatan orang-orang musyrik. Allah Ta’ala berfirman:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan ajaran agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih” (QS. Asy Syura: 21)
Ibnu Katsir berkata: “Mereka (orang-orang musyrik) tidak mengikuti apa yang telah disyariatkan Allah melalui agama Allah yang lurus ini. Bahkan mereka mengikuti syariat dari setan-setan yang berupa jin dan manusia. Mereka mengharamkan apa yang diharamkan oleh setan tersebut, yaitu bahiirah, saaibah, washilah dan haam. Mereka menghalalkan bangkai, darah dan judi, dan kesesatan serta kebatilan yang lain. Semua itu dibuat-buat secara bodoh oleh mereka, yaitu berupa penghalalan (yg haram), pengharaman (yang halal), ibadah-ibadah yang batil dan perkatan-perkataan yang rusak” (Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 7/198)
Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah telah mencap sesat orang-orang yang ketika tuntunan Islam sudah ada, mereka malah mempunyai pilihan lain. Bisa jadi pilihan lain ini datang dari ustadz-nya, kiai-nya, syaikh-nya, dari akalnya, atau dari yang lain. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, mereka memiliki pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab: 36)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di berkata: “Tidak layak bagi seorang mu’min dan mu’minah, jika Allah sudah menetapkan sesuatu dengan tegas, lalu ia memiliki pilihan yang lain. Yaitu pilihan untuk melakukannya atau tidak, padahal ia sadar secara pasti bahwa Rasulullah itu lebih pantas diikuti dari pada dirinya. Maka hendaknya janganlah menjadikan hawa nafsu sebagai penghalang antara dirinya dengan Allah dan Rasul-Nya” (Taisiir Kariimirrahman, 665)
Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah mengabarkan ada sebagian hamba-Nya yang berbuat kesesatan namun mereka merasa itu amalan kebaikan. Dan demikianlah bid’ah, tidak ada satupun pelaku bid’ah kecuali ia merasa amalan bid’ahnya itu adalah kebaikan. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi: 103-104)
Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan berasal dari urusan (agama) kami, maka amalan itu tertolak” (Muttafaq ‘alaihi)
Sahabat Nabi, Abdullah bin Umar Radhiallahu’anhu berkata:
كُلَّ بٍدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَة
Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik” (Shahih, sebagaimana penilaian Al Albani dalam takhrij kitab Ishlaahul Masajid hal 13 milik Syaikh Jamaluddin Al Qashimi)
Tidakkah anda takut amalan-amalan yang anda anggap baik, padahal tidak ada tuntunannya dalam agama, kemudian anda mengamalkannya sampai berpeluh-peluh, ternyata hanya sia-sia belaka di hadapan Allah ? Oleh karena itu saudaraku, takutlah kepada Allah dan jauhi perbuatan bid’ah.

Hukum Perayaan Malam Nisyfu Sya'ban

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya) :

"Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam sebagai agama bagimu ".
(QS. Al Maidah : 3).

Dan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam pernah pernah bersabda (yang artinya):

"Barang siapa mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak ". (HR. Bukhari Muslim)

dalam riwayat Muslim (yang artinya):

"Barang siapa mengerjakan perbuatan yang tidak kami perintahkan (dalam agama) maka ia tertolak".

Masih banyak lagi hadits-hadits yang senada dengan hadits ini, yang semuanya menunjukan dengan jelas, bahwasanya Allah telah menyempurnakan agama ini untuk umat-Nya. Dia telah mencukupkan nikmat-Nya bagi mereka. Dia tidak mewafatkan nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wassallam kecuali setelah beliau menyelesaikan tugas penyampaian risalahnya kepada umat dan menjelaskan kepada mereka seluruh syariat Allah, baik melalui ucapan maupun pengamalan.

Beliau menjelaskan segala sesuatu yang akan diada-adakan oleh sekelompok manusia sepeninggalnya dan dinisbahkan kepada ajaran Islam baik berupa ucapan ataupun perbuatan, semuanya bid'ah yang tertolak, meskipun niatnya baik. Para sahabat dan ulama mengetahui hal ini, maka mereka mengingkari perbuatan-perbuatan bid'ah dan memperingatkan kita dari padanya. Hal ini disebutkan oleh mereka yang mengarang tentang pengagungan sunnah dan pengingkaran bid'ah seperti Ibnu Wadhah dan Abi Syamah dan lainnya.

Diantara bid'ah yang biasa dilakukan oleh banyak orang adalah bid'ah mengadakan upacara peringatan malam nisyfu sya'ban dan mengkhususkan hari tersebut dengan puasa tertentu. Padahal tidak ada satupun dalil yang dapat dijadikan sandaran, memang ada beberapa hadits yang menegaskan keutamaan malam tersebut akan tetapi hadits-hadits tersebut dhaif sehingga tidak dapat dijadikan landasan. Adapun hadits-hadits yang menegaskan keutamaan shalat pada hari tersebut adalah maudhu' (palsu).

A1 Hafidz ibnu Rajab dalam bukunya "Lathaiful Ma'arif ' mengatakan bahwa perayaan malam nisfu sya'ban adalah bid'ah dan hadits-¬hadits yang menerangkan keutamaannya adalah lemah.

Imam Abu Bakar At Turthusi berkata dalam bukunya `alhawadits walbida' : "Diriwayatkan dari wadhoh dari Zaid bin Aslam berkata :"kami belun pernah melihat seorangpun dari sesepuh ahli fiqih kami yang menghadiri perayaan nisyfu sya'ban, tidak mengindahan hadits makhul (dhaif) dan tidak pula memandang adanya keutamaan pada malam tersebut terhadap malam¬-malam lainnya".

Dikatakan kepada Ibnu Maliikah bahwasanya Ziad Annumari berkata:
"Pahala yang didapat (dari ibadah ) pada malam nisyfu sya'ban menyamai pahala lailatul qadar.
bnu Maliikah menjawab : Seandainya saya mendengar ucapannya sedang ditangan saya ada tongkat, pasti saya pukul dia. Ziad adalah seorang penceramah.

Al Allamah Syaukani menulis dalam bukunya, fawaidul majmuah, sebagai berikut : Hadits : "Wahai Ali barang siapa melakukan shalat pada malam nisyfu sya'ban sebanyak seratus rakaat : ia membaca setiap rakaat Al Fatihah dan Qulhuwallahuahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala .... dan seterusnya.
Hadits ini adalah maudhu', pada lafadz-lafadznya menerangkan tentang pahala yang akan diterima oleh pelakunya adalah tidak diragukan kelemahannya bagi orang berakal, sedangkan sanadnya majhul (tidak dikenal). Hadits ini diriwayatkan dari jalan kedua dan ketiga, kesemuanya maudhu ' dan perawi¬-perawinya majhul.

Dalam kitab "Al-Mukhtashar" Syaukani melanjutkan : "Hadits yang menerangkan shalat nisfu sya'ban adalah batil" .

Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Ali : "...Jika datang malam nisfu sya'ban bershalat malamlah dan berpusalah pada siang harinya". Inipun adalah hadits yang dhaif.

Dalam buku Al-Ala'i diriwayatkan :
"Seratus rakaat dengan tulus ikhlas pada malam nisfu sya'ban adalah pahalanya sepuluh kali lipat". Hadits riwayat Ad-Dailamy, hadits ini tidak maudhu; tetapi mayoritas perawinya pada jalan yang ketiga majhul dan dho'if.

Imam Syaukani berkata : "Hadits yang menerangkan bahwa dua belas raka' at dengan tulus ikhlas pahalanya adalah tiga puluh kali lipat, maudhu'. Dan hadits empat belas raka'at ....dst adalah maudhu".

Para fuqoha' banyak yang tertipu oleh hadits-¬hadits maudhu' diatas seperti pengarang Ihya' Ulumuddin dan sebagian ahli tafsir. Telah diriwayatkan bahwa sholat pada malam itu yakni malam nisfu sya'ban yang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia semuanya adalah bathil (tidak benar) dan haditsnya adalah maudhu'.

Al-Hafidh Al-Iraqy berkata : "Hadits yang menerangkan tentang sholat nisfu sya'ban maudhu' dan pembohongan atas diri Rasulullallah Shalallahu’alaihi Wassallam.
Dalam kitab Al-Majmu', Imam Nawawi berkata :"Shalat yang sering kita kenal dengan shalat ragha'ib berjumlah dua belas raka'at dikerjakan antara maghrib dan isya' pada malam jum'at pertama bulan rajab, dan sholat seratus raka'at pada malam nisfu sya'ban, dua sholat ini adalah bid'ah dan mungkar.

Tak boleh seorangpun terpedaya oleh kedua hadits tersebut hanya karena telah disebutkan didalam kitab Qutul Qulub dan Ihya' Ulumuddin, sebab pada dasarnya hadits-haduts tersebut bathil (tidak boleh diamalkan). Kita tidak boleh cepat mempercayai orang-orang yang menyamarkan hukum bagi kedua hadits yaitu dari kalangan a'immah yang kemudian mengarang lembaran-¬lembaran untuk membolehkan pengamalan kedua hadits tersebut.

Syaikh Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma' il Al-Maqdisy telah mengarang suatu buku yang berharga; beliau menolak (menganggap bathil) kedua hadits diatas.
Dalam penjelasan diatas tadi, seperti ayat-ayat Al-Qur'an dan beberapa hadits serta pendapat para ulama jelaslah bagi pencari kebenaran (haq) bahwa peringatan malam nisfu sya' ban dengan pengkhususan sholat atau lainnya, dan pengkhususan siang harinya degan puasa itu semua adalah bid’ah dan mungkar tidak ada dasar sandarannya didalam syari'at Islam ini, bahkan hanya merupakan perkara yang diada-adakan dalam Islam setelah masa hidupnya para shahabat. Marilah kita hayati ayat Al-Qur'an dibawah ini (yang artinya):
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Ku-Ridhoi Islam sebagai agamamu".

Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat diatas. Selanjutnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
"Barang siapa mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak". (HR. Bukhari Muslim).

Dalam hadits lain beliau bersabda (yang artinya):
"Janganlah kamu sekalian mengkhususkan malam jum 'at dari pada malam-malam lainnya dengan suatu sholat, dan janganlah kamu sekalian mengkhususkan siang harinya untuk berpuasa dari pada hari-hari lainnya, kecuali jika sebelum hari itu telah berpuasa" (HR. Muslim).

Seandainya pengkhususan suatu malam dengan ibadah tertentu itu dibolehkan oleh Allah, maka bukankah malam jum'at itu lebih baik dari pada malam-malam lainnya, karena hari jum'at adalah hari yang terbaik yang disinari oleh matahari ? Hal ini berdasarkan hadits-hadits Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam yang shohih.

Tatkala Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam telah melarang untuk mengkhususkan sholat pada malam hari itu ini menunjukkan malam yang lainnya lebih tidak boleh lagi. Kecuali jika ada dalil yang shohih yang mengkhususkannya.

Manakala malam lailatul Qadar dan malam¬-malam bulan puasa itu disyari'atkan supaya sholat dan bersungguh-sungguh dengan ibadah tertentu, Nabi mengingatkan dan menganjurkan kepada ummatnya agar supaya melaksanakan¬nya, beliaupun juga mengerjakannya. Sebagaimana disebutkan didalam hadits yang shohih (yang artinya):
"Barang siapa melakukan sholat pada malam bulan ramadhan dengan penuh rasa iman dan mengharap pahala niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lewat. Dan barangsiapa yang melakukan sholat pada malam lailatul Qadar dengan penuh rasa iman niscaya Allah akan mengampuni dosa yang telah lewat" (Muttafaqun 'alahi).

Jika seandainya malam nisfu sya'ban, malam jum'at pertama pada bulan rajab, serta malam isra' mi'raj diperintahkan untuk dikhususkan dengan upacara atau ibadah tertentu, pastilah Rasululah Shalallahu’alaihi Wassallam menjelaskan kepada ummatnya atau menjalankannya sendiri. Jika memang hal ini pernah terjadi, niscaya telah disampaikan oleh para shahabat kepada kita, mereka tidak akan menyembunyikannya, karena mereka adalah sebaik-baik manusia clan yang paling banyak memberi nasehat setelah Rasululah Shalallahu’alaihi Wassallam.

Dari pendapat-pendapat ulama tadi anda dapat menyimpulkan bahwa tidak ada ketentuan apapun dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam ataupun dari para sahabat tentang keutamaan malam malam nisfu sya'ban dan malam jum'at pertama pada bulan Rajab.

Dari sini kita tahu bahwa memperingati perayaan kedua malam tersebut adalah bidah yang diada-adakan dalam Islam, begitu pula pengkhususan dengan ibadah tertentu adalah bid'ah mungkar; sama halnya dengan malam 27 Rajab yang banyak diyakini orang sebagai malam Isra dan Mi'raj, begitu juga tidak boleh dirayakan dengan upacara-upacara ritual, berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan tadi.

(Diringkas/ disadur dari kitab Tahdzir minul bida' karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Oleh An Nafi'ah dan redaksi).

Sumber : http://www.darussalaf.or.id

Selasa, 03 Juli 2012

Istri yang Sholehah














Hari itu merupakan hari bahagiaku, alhamdulillah. Aku telah menyempurnakan separo dienku: menikah. Aku benar-benar bahagia sehingga tak lupa setiap sepertiga malam terakhir aku mengucap puji syukur kepada-Nya.
Hari demi hari pun aku lalui dengan kebahagiaan bersama istri tercintaku. Aku tidak menyangka, begitu sayangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadaku dengan memberikan seorang pendamping yang setiap waktu selalu mengingatkanku ketika aku lalai kepada-Nya. Wajahnya yang tertutup cadar, menambah hatiku tenang.
Yang lebih bersyukur lagi, hatiku terasa tenteram ketika harus meninggalkan istri untuk bekerja. Saat pergi dan pulang kerja, senyuman indahnya selalu menyambutku sebelum aku berucap salam. Bahkan, sampai saat ini aku belum bisa mendahului ucapan salamnya karena selalu terdahului olehnya. Subhanallah.
Wida, begitulah nama istri shalihahku. Usianya lebih tua dua tahun dari aku. Sekalipun usianya lebih tua, dia belum pernah berkata lebih keras daripada perkataanku. Setiap yang aku perintahkan, selalu dituruti dengan senyuman indahnya.
Sempat aku mencobanya memerintah berbohong dengan mengatakan kalau nanti ada yang mencariku, katakanlah aku tidak ada. Mendengar itu, istriku langsung menangis dan memelukku seraya berujar, “Apakah Aa’ (Kakanda) tega membiarkan aku berada di neraka karena perbuatan ini?”
Aku pun tersenyum, lalu kukatakan bahwa itu hanya ingin mencoba keimanannya. Mendengar itu, langsung saja aku mendapat cubitan kecil darinya dan kami pun tertawa.
Sungguh, ini adalah kebahagiaan yang teramat sangat sehingga jika aku harus menggambarkanya, aku tak akan bisa. Dan sangat benar apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dunia hanyalah kesenangan sementara dan tidak ada kesenangan dunia yang lebih baik daripada istri shalihah.” (Riwayat An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Hari terus berganti dan tak terasa usia pernikahanku sudah lima bulan. Masya Allah.
Suatu malam istriku menangis tersedu-sedu, sehingga membangunkanku yang tengah tertidur. Merasa heran, aku pun bertanya kenapa dia menangis malam-malam begini.
Istriku hanya diam tertunduk dan masih dalam isakan tangisnya. Aku peluk erat dan aku belai rambutnya yang hitam pekat. Aku coba bertanya sekali lagi, apa penyebabnya? Setahuku, istriku cuma menangis ketika dalam keadaan shalat malam, tidak seperti malam itu.
Akhirnya, dengan berat hati istriku menceritakan penyebabnya. Astaghfirullah… alhamdulillah, aku terperanjat dan juga bahagia mendengar alasannya menangis. Istriku bilang, dia sedang hamil tiga bulan dan malam itu lagi mengidam. Dia ingin makan mie ayam kesukaanya tapi takut aku marah jika permohonannya itu diutarakan. Terlebih malam-malam begini, dia tidak mau merepotkanku.
Demi istri tersayang, malam itu aku bergegas meluncur mencari mie ayam kesukaannya. Alhamdulillah, walau memerlukan waktu yang lama dan harus mengiba kepada tukang mie (karena sudah tutup), akhirnya aku pun mendapatkannya.
Awalnya, tukang mie enggan memenuhi permintaanku. Namun setelah aku ceritakan apa yang terjadi, tukang mie itu pun tersenyum dan langsung menuju dapurnya. Tak lama kemudian memberikan bingkisan kecil berisi mie ayam permintaan istriku.
Ketika aku hendak membayar, dengan santun tukang mie tersebut berujar, “Nak, simpanlah uang itu buat anakmu kelak karena malam ini bapak merasa bahagia bisa menolong kamu. Sungguh pembalasan Allah lebih aku utamakan.”
Aku terenyuh. Begitu ikhlasnya si penjual mie itu. Setelah mengucapkan syukur dan tak lupa berterima kasih, aku pamit. Aku lihat senyumannya mengantar kepergianku.
“Alhamdulillah,” kata istriku ketika aku ceritakan begitu baiknya tukang mie itu. “Allah begitu sayang kepada kita dan ini harus kita syukuri, sungguh Allah akan menggantinya dengan pahala berlipat apa yang kita dan bapak itu lakukan malam ini,” katanya. Aku pun mengaminkannya.
(Hidayatullah)

Senin, 02 Juli 2012

Bacaan Bilal Pada Sholat Tarawih dan Witir


















Shalat Tarawih :

Dikerjakan seperti shalat biasa lainnya baik megenai bacaannya maupun gerakan-gerakannya, pada setiap dua rakaat ditutup dengan salam. Setelah selesai shalat tarawih lalu diteruskan dengan shalat witir, sekurang-kurangnya satu rakaat tetapi pada uumnya dikerjakan tiga rakaat dengan dua salam atau salam.Adapun surat yang dibaca sedudah Al-Fatihah pada tiap2 rakaat boleh surat apa saja yang dekehendaki, tetapi diutamakan pada setiap rakaat yang kedua sesudah membaca surat Al-Fatihah embaca surat Al-Ikhlas.
Lafaz niat shalat Tarawih :

“USHALLI SUNNATAT TARAWIIHI RAK’ATAINI (IMAAMAN/MA’MUUMAN)* LILLAAHI TA’AALAA”.

Artinya : “Aku niat shalat Tarawih dua rakaat (jadi imam/ma’mum) karena Allah Ta’ala”*diucapkan kalo shalatnya berjama’ah, kalo sendiri mah ga usah disebut…Mulai dibawah ini dibaca kalo shalatnya berjama’ah di masjid.Ketika hendak mengerjakan shalat Tarawih, maka bilal dan ma’mum membaca bersama-sama sebagai berikut :

“SUBHAANAL MALIKIL MA’BUUDI, SUBHAANAL MALIKIL MAUJUUDI, SUBHAANAL MALIKIL HAYYIL LADZII LAA YANAAMU WALAA YAMUUTU WALAA YAFUUTU ABADAN SUBBUUHUN QUDDUUSUN RABBUNAA WARABBUL MALAAIKATI WARRUUHI SUBHAANALLAAHI WAL HAMDU LILLAAHI WALAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBARU WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘ADHIIMI”.

Artinya :“Maha suci Allah yg memiliki alam dan yg di sembah Maha suci Allah yg memiliki lagi Maha Hidup dan tiada Mati dan tiada hilang selama-lamanya. Maha Suci Maha Quddus, Tuhan kami dan Tuhan semua malaikat dan ruh, Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan melainkan Allah, Allah Maha Besar, dan tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan Allah, Tuhan yang Maha Tinggi lagi Agung”.

Kemudian bilal membaca shalawat :
“ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD”.

Artinya :“Ya Allah karuniakanlah kesejahteraan kepada junjungan kita Nabi Muhammad”.
Dijawab para jama’ah :“ALLAAHUMMA SHALLI WASALLIM ‘ALAIH”.

Artinya :“Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan atasnya (Muhammad).

Setelah itu bilal membaca shalawat lagi :
“ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA WAMAULAANA MUHAMMADIN”.

Artinya :“Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada junjungan kita dan pemimpin kita Nabi Muhammad”.

Dijawab para jama’ah :“ALLAAHUMMA SHALLI WASALLIM ‘ALAIH”.

Kemudian bilal membaca shalawat lagi :“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA WANABIYYINAA WAHABIIBINA WASYAFII’INAA WADZUHRINAA WAMAULAANAA MUHAMMADIN”.

Artinya :“Ya Allah, karuniailah kesejahteraan atas junjungan kita. Nabi kita, kekasih kita, dan yang mensyafaatkan kita (kelak) dan pertaruhkan kita dan pemimpin kita Nabi Muhammad”.

Dijawab para jama’ah :“ALLAAHUMMA SHALLI WASALLIM ‘ALAIH”.

Lalu bilal mengucapkan :“ASHSHALAATUT TARAAWIIHI RAHIMA KUMULLAAHU”.

Artinya :“Kerjakanlah shalat Tarawih semoga Allahmelimpahkan rahmat kepada kamu sekalian”.Kemudian imam serta para jama’ah berdiri untukl melakukan shalat Tarawih dua rakaat, sebagai shalat Tarawih dua rakaat yang pertama.
Sesudah salam pada dua rakaat yang pertama, bilal bersama jama’ah mengucapkan :

“FADL-LAM MINALLAAHI WANI’MATAN WAMAGHFIRATAN WARAHMATAN LAA ILAAHA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU YUHYII WAYUMIITU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR”.

Artinya :“Kemurahan Allah dan Nikmat-Nya dan ampuanan serta rahmatNya semoga dilimpahkan kepada kita, tidak ada Tuhan melainkan Allah, Ia Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, bagiNya segala kekuasaan dan bagiNya segala puji, dzat yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia atas segala sesuatuNya Maha Kuasa”.

Setelah itu bilal membaca shalawat seperti tersebut diatas, dan para jama’ah menjawabnya dengan
“ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM ‘ALAIH”.

Lalu imam serta para jama’ah berdiri lagi untuk melakukan shalat Tarawih dua rakaat, sebagai shalat Tarawih dua rakaat yang kedua. Selesai salam pada rakaat yang keempat, bilal bersama-sama para jama’ah membaca :

“SUBHAANAL MALIKIL MA ‘BUUDI……….. sampai selesai.

Sehabis itu bilal membaca shalawat seperti tersebut diatas dan para jama’ah menjawab dengan “ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM ‘ALAIH”.

Lalu bilal mengucapkan :“ALBADRUL MUNIIRU SAYYIDUNAA MUHAMMADUN SHALLUU ‘ALAIHI”.

Artinya :“Bulan purnama yang bersinar kemilauan, junjungan kita Nabi Muhammad, bershalawatlah kamu semua atasnya”.Setelah itu imam serta para jama’ah berdiri lagi untuk melakukan shalat Tarawih dua rakaat, sebagai shalat Tarawih dua rakaat yang ketiga.

Selesai salam pada rakaat yang keenam maka bilal beserta para jama’ah mengucapkan “FADL-LAM MINALLAAHI WANI’MAH………….. sampai selesai seperti tersebut diatas.

Lalu para jama’ah menjawab “ALLAAHUMMA SHALLI WASALLIM ‘ALAIH”. Lantas Imam beserta para jama’ah berdiri untuk melakukan shalat Tarawih dua rakaat yang keempat.

Selesai salam pada rakaat kedelapan kemudian bilal dan para jama’ah membaca “SUBHAANAL MALIKIL MA’BUUDI……. Sampai selesai.Lalu para jama’ah menjawab dengan ucapan : “ALLAAHUMMA SHALLI WASALLIM ‘ALAIH”. Sehabis itu bilal megucapkan :

“ALKHALIIFATUL UULA AMIIRUL MU’MINIINA SAYYIDUNAA ABUU BAKRINISH SHIDDIIQ”.

Artinya : “Khalifah yang pertama amiirul mu’miniin penghulu kami Abu Bakar Shiddiq”.Kemudian para jama’ah menjawab :

“RADLIYALLAAHU ‘ANHU”.Selanjutnya selesai salampada rakaat yang kesepuluh, maka bilal serta para jama’ah membaca seperti yang dibaca selesai salam pada rakaat yang keenam.Selanjutnya selesai salam pada rakaat yang kedua belas, bilal serta para jama’ah membaca seperti yang dibaca selesai salam pada rakaat yang keempat.

Kemudian bilal membaca :“ALKHALIIFATUTS TSAANIYYATU AMIIRULMU’MINIINA SAYYIDUNAA ‘UMARUBNUL KHATHTHAB”.

Artinya :“Khalifah yang kedua Amiirul Mu’miniin penghulu kami ‘Umar bin Khathab”.Dan dijawab para jama’ah ““RADLIYALLAAHU ‘ANHU”.Selanjutnya selesai salam pada rakaat yang keempat belas, bilal beserta para jama’ah membaca seprti yang dibaca selesai salam pada rakaat keenam.Selesai salam yang keenam belas, bilal beserta para jama’ah membaca seperti yang dibaca selesai dalam pada rakaat yang keempat.

Kemudian bilal membaca :“ALKHALIIFATUTS TSAALITSATU AMIIRUL MU’MINIINA SAYYIDUNAA ‘UTSMAANABNU ‘AFFAAN”.Artinya :“Khalifah yang ketiga amiirul mu’miniin penghulu kami Usman bin Affan”.

Dan para jama’ah menjawab :“RADLIYALLAAHU ‘ANHU”.Selesai salam pada rakaat yang kedelapan belas, bilal serta para jama’ah membaca seperti yang dibaca selesai salam pada rakaat yang keenam.Dan selesai salam yang kedua puluh, bilal serta para jama’ah membaca seperti yang dibaca selesai salam pada rakaat yang keempat.

Kemudian bilal mengucapkan :“ALKHALIIFATUR RAABI’ATU AMIIRUL MU’MINIINA SAYYIDUNAA ‘ALIYYIBNI ABII THAALIB”.

Artinya : “Khalifah yang keempat amiirul m,u’miniin penghulu kami ‘Ali Ibnu Abi Thalib”.Dijawab para jama’ah :“RADLIYALLAAHU ‘ANHU”.kalau salat sendiri, keknya ga usah dibacain deh yang diatas itu, tapi terserah sih….Do’a sesudah shalat Tarawih.

“ALLAAHUMMA INNAA NAS-ALUKA RIDLAAKA WALJANNATA WANA’UUDZU BIKA MIN SAKHATIKA WANNAARIALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN KARIIM TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU’ ANNAA WAWAALIDAINAA WA’AN JAMII’IL USLIMIINA WALMUSLIMAATI BIRAHMATIKA YAA AR-HAMAR RAAHIMIIN”.

Artinya :“Ya Allah, kami memohon kehadirat-Mu untuk mendapatkan keridhaanMu dan surge-Mu. Dan kami berlindung dari kemurkaan-Mu dan dari siksa neraka. Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Mulia, Engkau suka mengampuni, sebab itu ampunilah kami dan ampunilah kedua orang tua kai serta seluruh kaum muslimin dan muslimat dengan kasih saying-Mu wahai Tuhan yang Maha Penyayang”.

Kemudian membaca do’a :

“ALLAAHUMMAJ’ALNAA BIL IIMAANI KAAMILIINA. WALIFARAA-IDLIKA MU-ADDIINA WA-ALASH SHALAWAATI MUHAAFIDHIINA. WALIZZAKAATI FAA’ILIINA WALIMAA ‘INDAKA THAALIBIINA. WALI-AFWIKA RAAJINA, WABIL HUDAA MUTAMASSIKIINA. WA-ANIL LAGHWI MU’RIDLIINA WAFID DUNYAA ZAAHIDIINA, WAFIL AAKHIRATI RAAGHIBIINA, WABIL QADLAA-I RAADLIINA, WABIN NA’MAA-I SYAAKIRIINA. WA-ALAL BALAA-I SHAABIRIINA WATAHTA LIWAA-I SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASAI LAMA YAUMAL QIYAAMATI SAAIRIINA WA’ALAL HAUDLI WAARIDIINA, WAFIL JANNATI DAKHILIINA. WA-ALAA SARIIRATIL KARAAMATI QAA’IDIINA. WABIKHUURIN ‘IININ MUTAZAWWIJIINA WAMIN SUNDUSIN WAISTABRAQIN WADIIBAAJIN MUTA-LABBISIINA WATHA’AAMIL JANNATI AAKILIINA. WAMIN LABANIN WA’ASALIN MUSHAFFIINA SYAARIBIINA BIAKWAABIN WA-ABAARIIQA WAKA’SIN MIM MA’IININ MA’AL LADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM MINAN NABIYYIINA WASH SHIDDIIQIINA WASY SYUHADAA-I WASH-SHAALIHIINA WAHASUNA ULAA-IKA RAFIIQAA, DZAALIKAL FADLLU MINALLAAHI WAKAFAA BILLAAHI ‘ALIIMA. WALHAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN”.

Artinya :“Ya Allah, jadikanlah kami (orang-orang) yang imannya sempurna, dapat menunaikan segala fardlu, menjaga shalat. Menunaikan zakat, menuntut/mencari segala kebaikan di sisiM, mengharap ampunan-Mu senantiasa memegang teguh petunjuk-petunjukMu, terlepas/terhindar dari segala penyelewengan dan zuhud di dunia dan di akherat dan tabah (sabar) menerima cobaan, mensukuri segala nikmat-Mu dan semoga nanti pada hari kiamat kami dalam satu barisan di bawahnaungan panji-panji junjungan kita Nabi Muhammad saw, dan melalui talaga yang sejuk, masuk didalam sorga, terhindar dari api neraka dan duduk di tahta kehormatan, didampingi oleh bidadari sorga, dan mengenakan baju-baju kebesaran dari sutra berwarna-warni, menikmati santapan sorga yang lezat, minum susu dan madu yang suci bersih dalam gelas-gelas dan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat pada mereka dari golongan para Nabi, shiddiqin dan orang-orang yang syahid serta orang-orang shahih. Dan baik sekali mereka menjadi teman-teman kami. Demikianlah kemurahan dari Allah SWT, dan kecukupan dari Allah Yang Maha Mengetahui.

Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam”.Shalat WitirShalat yg bilangan rakaatnya ganjil, boleh dikerjakan satu rakaat salam, dua rakaat salam dan satu rakaat salam, atau bias juga tiga rakaat salam, 5, 7, 9, 11.Lafadz niat shalat Witir dua rakaat salam :

“USHALLII SUNNATAL WITRI RAK’ATAINI LILLAAHI TA’AALAA”.

Artinya :“Aku niat shalat sunnat Witir dua rakaat karena Allah Ta’ala”.

Lafadz niat shalat Witir yang terakhir satu rakaat :“USHALLII SUNNATAL WITRI RAK’ATAN LILLAAHI TA’AALAA”.

Artinya :“Aku niat shalat sunnat Witir satu rakaat karena Allah Ta’ala”.

Lafadz niat shalt Witir tiga rakaat :“USHALLLII SUNNATAL WITRI TSALAATSA RAKA’AA-TIN LILLAAHI TA’AALAA”.

Artinya :“Aku niat shalat sunnat Witir tiga rakaat karena Allah Ta’ala”.Doa sesudah shalat Witir.“ALLAAHUMMA INNAA NAS-ALUKA IIMAANAN DAA-IMAN, WANAS-ALUKA QALBAN KHAASYI’AN, WANAS-ALUKA ‘ILMAN NAAFI’AN, WANAS-ALUKA YAQIINAN SHAADIQAN, WANAS-ALUKA ‘AMALAN SHAALIHAN, WANAS-ALUKA DIINAN QAYYIMAN, WANAS-ALUKA KHAIRAN KATSIIRA, WANAS-ALUKAL ‘AFWA WAL’AAFIYATA, WANAS-ALUKA TAMAAMAL ‘AAFIYATI, WANAS-ALUKASY SYUKRA ‘ALAL ‘AAFIYATI, WANAS-ALUKAL GHINAA-A ‘ANIN NAASI, ALLAAHUMMA RABBANAA TAQABBAL MINNAA SHALAATANAA WASHIYAAMANAA WAQIYAAMANAA WATAKHASYSYU ‘ANAA WATADLARRU ‘ANAA WATA ‘ABBUDANAA WATAMMIM TAQSHIIRANAA YAA ALLAHU YAA ALLAAHU YAA ALLAAHU YAA ARHAMAR RAAHIMIIN. WASHALLALLAAHU ‘ALAA KHAIRI KHALQIHII MUHAMMADIN WA’ALAA AALIHII WASHAHBIHII AJMA’IINA WALHAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN”.

artinya :“Ya Allah, ya Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu (mohon diberi) iman yang lenggeng, dan kami mohon kepada-Mu hati kami yang khusyu’, dan kami mohon kepada-Mu diberi ilmu yang bermanfaat, dan kami mohon ditetapkannya keyakinan yang benar, dan kami mohon (dapat melaksanakan) amal yang shalih dan mohon tetap dalam agama islam, dan kami mohon diberinya kebaikan yang melimpah-limpah, dan kami mohon memperoleh ampunan dan kesehatan, dan kami mohon kesehatan yang sempurna, dan kami mohon mensyukuri atas kesehatan kami, dan kami mohon kecukupan. Ya Allah ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, dan khusyu’ kami, dan pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama shalat, ya Allah, ya Allah, ya Allah Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang, semoga Allah member kesejahteraan atas sebaik-baik makhluk-Nya yaitu Nabi Muhammad, atas keluarga dan semua sahabatnya, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.

Do’a yang biasa dibaca dalam shalat Tarawih

““ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU’ANNII 3X“ALLAAHUMMA INNAA NAS-ALUKA RIDLAAKA WALJANNATA WANA’UUDZU BIKA MIN SAKHATIKA WANNAARI 3X

Artinya :“Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang member ampun, dan Engkaulah Tuhan yang suka member ampun, karena itu ampunilahhamba, ya Allah, hamba mohon keridlaan-Mu/sorga dan hindarkanlah hamba dari kemurkaan-Mu dan api neraka”.

kutipan dari :www.heuristiceka.co.cc

Tasamuh









Pengertian Tasamuh
Tasamuh (toleransi) adalah rasa tenggang rasa atau sikap menghargai dan menghormati terhadap sesama, baik terhadap sesama muslim maupun dengan non muslim. Sikap tasamuh juga berarti sikap toleran yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan juga tidak memaksakan kehendak. Dalam falsafah Jawa sikap tasamuh ini sering disebut dengan tepo seliro, artinya mengukur segala sesuatu dengan introspeksi pada diri sendiri. Kalau aku senang orang lain pun senang, kalau aku tidak suka orang lain juga tidak suka. Orang yang tasamuh senantiasa berusaha membina persaudaraan dan menghindari konflik dengan orang lain. Ia memiliki prinsip hidup dan falsafah, ”Teman seribu terasa kurang, musuh satu terlalu banyak”. Juga istilah dalam falsafah Jawa, “Yen kowe dijiwit krasa lara, aja njiwit wong liya”.
Islam mengajarkan bahwa sesama muslim harus bersatu serta tidak boleh bercerai-berai, bertengkar, dan bermusuhan. Karena sesama muslim adalah saudara. Terhadap pemeluk agama lain, kita diperintahkan agar bersikap tasamuh. Sikap tasamuh terhadap non muslim itu hanya terbatas pada urusan yang bersifat duniawi, tidak menyangkut masalah akidah, syari’ah dan ubudiyah. Firman Allah SWT :
1). Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. 4). Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. 6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." ( QS. Al-Kaafirun : 1-6 )
Ciri-ciri dan contoh sikap tasamuh
Orang yang berjiwa tasamuh itu memiliki ciri-ciri diantaranya tidak sombong, tidak egois, tidak memaksakan kehendak, tidak pernah meremehkan orang lain, mau menghormati (sikap, pendapat, dan saran) orang lain, mau berbagi ilmu dan pengalaman, saling pengertian, berjiwa besar, terbuka menerima saran dan kritik, senang menerima nasehat orang lain, dan sebagainya.
Contoh sikap tasamuh di tengah kehidupan bermasyarakat misalnya seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika membangun masyarakat Madinah yang pada waktu itu di Madinah terdapat tiga golongan pemeluk agama, yaitu Islam, Yahudi, dan Nasrani. Mereka saling bekerja sama dan bergotong royong dalam membangun Kota Madinah, tetapi hanya dalam hal-hal yang bersifat urusan duniawi, tidak menyangkut urusan agama. Contoh sikap tasamuh antar umat beragama (umat Islam dengan non muslim) adalah dengan cara tidak ikut campur dalam masalah peribadatan masing-masing pemeluk agama. Cukup dengan cara menghormati dan menghargai perbedaan keyakinan beragama masing-masing dan tidak saling mengganggu. Tasamuh antar sesama umat Islam ( antar interen umat beragama) misalnya dengan cara menghormati perbedaan kelompok, madzhab, jama’ah, organisasi keagamaan, dan perbedaan furu’iyah lainnya.
Manfaat dan hikmah sikap tasamuh
a. Menjalin ukhuwah, persatuan, dan kesatuan dalam bermasyarakat
b. Menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat
c. Terwujudnya kerukunan dan terhindar dari perpecahan
d. Terwujudnya ketenangan dan terhindar dari ketegangan dan konflik
e. Menghilangkan hasud, fitnah, kebencian, dendam dan permusuhan
f. Menciptakan rasa aman, tenang, tenteram, dan damai di masyarakat
g. Menimbulkan sikap saling menghormati antar sesama.

Oleh : Zaenal Muttaqin Noor

Demikian mudah-mudahan bermanfaat, Amiin.
Subhaana-Ka Allaahumma wabihamdi-Ka asyhadu an-laa ilaaha illaa Anta astaghfiru-Ka waatuubu ilai-Ka.

Hakikat godaan Jin dan Setan



















Jin adl makhluk Allah yg mempunyai kemampuan mengubah diri dgn berbagai bentuk. Mereka makan minum kawin dan beranak-pinak. Membisikkan dan menggoda manusia. Dapat melihat manusia tidak sebaliknya. “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yg kamu tidak bisa melihat mereka“. . Di antara mereka ada yg beriman juga ada yg kafir . Golongan yg kafir adl setan. Mereka takut pada manusia. Mereka makhluk lemah. Suka mencari rahasia langit tetapi mereka diusir dgn panah api .
Apakah Jin itu ? Jin menurut bahasa berarti sesuatu yg tersembunyi dan halus. Sedangkan setan ialah tiap yg durhaka dari golongan jin manusia atau hewan. Dia dinamakan jin disebabkan tersembunyi-nya dari mata . Jin diciptakan dari api yg sangat panas .
Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Setan menampakkan dirinya ketika aku shalat atas pertolongan Allah aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku jika tidak disebabkan doa saudaraku Nabi Sulaiman pasti kubunuh dia“.
Berubah Bentuk Setan pernah menampakkan diri dalam wujud orang tua kepada kaum Quraisy sebanyak dua kali. Pertama; ketika suku Quraisy berkonspirasi utk membunuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Makkah. Kedua; pada perang Badr lihat Surat Al Anfal 48. Jin beranak pinak dan berkembang biak .
Tempat-tempat Jin Jin mendiami bumi sebelum adanya manusia dan kemudian tinggal bersama manusia. Tinggal di rumah bersama manusia tidur di ranjang yg tidak ditiduri. Tempat yg paling disenangi adl WC. Sebab WC tempat manusia membuka aurat.
Hai anak Adam janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya utk memperlihatkan kepada keduanya auratnya” .
Ketika kita masuk ke dalam WC agar aurat kita terhalang dari pandangan jin hendaknya kita membaca doa berikut setan laki-laki dan setan perempuan}. . Setan suka berdiam di kubur dan tempat sampah. Oleh krn itu kuburan menjadi tempat meditasi bagi tukang sihir. Nabi SAW melarang kita tidur menyerupai setan. Setan tidur di atas perutnya dan telanjang. Tidur telanjang menarik setan utk mempermainkan aurat manusia dan menyebabkan penyakit.
Qarin Setiap manusia disertai setan yg selalu menggodanya. Allah berfirman artinya “Yang menyertai dia berkata “Ya Tuhan kami aku tidak menyesatkannya tapi dialah yg beradadalam kesesatan yg jauh“. .
Manusia dan qarin-nya akan bersama di hari hisab. Aisyah bercerita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari rumah di malam hari aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku lalu ia berkata “Apakah kamu telah didatangi setanmu?” “Apakah setan bersamaku?” “Ya bahkan tiap manusia” “Termasuk engkau juga?” “Betul tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya”.
Setan makan bersama manusia yg tak berdoa ketika mau makan. Setan makan dgn tangan kiri sendirian dan dgn jarinya. Rasulullah ` melarang makan dgn tangan kiri. Beliau menyuruh kita makan bersama-sama mencuci tangan dan mulut sebelum dan sesudah makan. “Setan adl pencari rahasia dan suka menjilati sisa makanan maka jauhilah. Siapa yg tidur sedang di tangannya masih tersisa bau makanan lalu tertimpa penyakit maka jangan ada yg disalahkan kecuali dirinya sendiri“.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kita mematikan lampu menutup pintu jendela tempat-tempat penyimpanan air dan makanan dgn rapat sebelum tidur. Jika manusia tidur dan membaca doa sebelumnya setan menjauhinya. Allah menjaga orang yg sebelum tidur membaca doa. Jika manusia tidur tanpa berdoa setan mengikat kepalanya dgn tiga ikatan jika ia bangun dan mengingat Allah terlepaslah satu ikatan jika ia berwudhu terlepas lagi satu ikatan lainnya dan jika ia shalat terlepaslah ikatan yg terakhir.
Allah akan menghisab bangsa jin pada hari kiamat. Jin yg baik masuk Surga. Allah berfirman artinya “ yg tidak pernah disentuh oleh manusia dan tidak pula oleh jin“. . Golongan jin menikahi bidadari-bidadari dari bangsa jin. Golongan jin yg ahli maksiat masuk Neraka. Allah berfirman artinya “Dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yg terdahulu sebelum mereka dari jin dan manusia“. .
Tidak Mengikuti Jejak Setan Al Qur’an menceritakan kisah Adam bersama iblis. “Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat “Sujudlah kamu kepada Adam maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adl dari golongan jin maka ia mendurhakai perintah Tuhannya“. . Semenjak itu setan bersumpah akan menyesatkan Adam dan keturunannya. “Hai sekalian manusia makanlah yg halal lagi baik dari apa yg terdapat di muka bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan“. .
Barangsiapa yg mengikuti langkah-langkah syetan maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yg keji dan mungkar“. . “Sesungguhnya setan itu bermaksud menimbul-kan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamar dan berjudi dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat“. .
Mohon Perlindungan Allah menyuruh kita agar banyak minta perlindungan dari godaan setan. Dan katakanlah “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan setan. Dan aku berlindung kepada Engkau ya Tuhanku dari kedatangan mereka kepadaku“. .
Setan berangsur-angsur menarik kebinasaan Allah berfirman “Barangsiapa yg berpaling dari pengajaran Ar Rahman Kami adakan baginya setan maka setan itulah yg menjadi teman yg selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yg benar sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk“. .
Atas dasar ini diadakan diskusi-diskusi mu’tamar-mu’tamar dan konferensi-konferensi keburukan. Tak ada kemanfaatan dari pelaksanaan dan hasil-hasilnya. Setan membisikkan bahwa syariat Islam tidak cocok di jaman ini keras dan melanggar HAM.
Siapa yg cenderung kepada mereka menjadi musyrik. Jaman dahulu setan mencuri pendengaran berita-berita dari langit yg disampaikan para malaikat langit kepada para malaikat bumi. Setelah Nabi Muhammad SAW diutus Allah menerangkan keadaan syetan “Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu utk mendengar-dengarkan . Tetapi sekarang barangsiapa mencoba mendengar-dengar tentu akan menjumpai panah api yg mengintai “. dan .
Sihir Sihir termasuk pekerjaan setan yg utama. Praktek-praktek sihir berkembang di masyarakat yg lemah iman atau tidak beragama sama sekali. Betapa banyak orang datang ke dukun/paranormal utk minta banyak rizki berobat dari penyakit ingin cepat dapat jodoh lulus dalam ujian rujuknya wanita yg telah dicerai atau sebaliknya dan selainnya yg hal-hal tersebut merupakan kekuasaan Allah sedang kita hanya diperintah utk berdoa dan berusaha. Para dukun/paranormal mempunyai mata-mata yg menyebar di masyarakat utk mencari tahu rahasia-rahasia mereka lalu mereka menceritakan itu pada tuannya. Dan ketika seseorang mendatanginya dgn mudahnya dia menceritakan keadaan orang tersebut lalu ia heran dan tertipu. Seakan-akan si dukun tahu hal-hal ghaib.
Oleh Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
sumber file al_islam.chm

Calon Calon Penghuni Surga

Siapakah calon-calon penghuni Surga? Allah menginformasikan nya kepada kita. Sebagian di antara mereka digambarkan dalam ayat ayat berikut ini.

QS. Al Ahqaf (46) :15
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa, dan umumya sampai empat puluh tahun ia berdoa : Ya, Tuhanku tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhoi, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

QS. Al Ahqaf (46) : 16
"Mereka itulah orang-orang yang diterima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan, dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni penghuni Surga, sebagai janji yang benar yang telah Kami janjikan kepada mereka"

Mengikuti ayat tersebut, kita memperoleh kesimpulan tentang siapakah orang yang bakal masuk Surga.
 1. Orang yang berbuat baik kepada ibu bapaknya
 2. Orang yang pandai bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diterimanya.
 3. Orang yang beramal saleh dengan mengharap ridho Allah.
 4. Orang yang bertaubat atas segala kesalahan yang pernah dia lakukan.
 5. Orang yang berserah diri hanya kepada Allah saja.

ldealnya, kita bisa mengerjakan kelima hal tersebut dalam kehidupan kita. Maka Insya Allah kita akan menjadi salah satu dari penduduk Surga. Itulah janji Allah. Orang yang demikian, kata Allah, akan diterima amalannya dan dimaafkan segala kesalahannya. Bagaimanakah penjelasannya? Marilah kita bahas lebih jauh.

1. Berbuat Baik kepada Ibu Bapak.

Kenapa orang yang berbuat baik kepada ibu bapaknya menjadi calon penghuni Surga? Sebab, orang tua adalah wakil Allah di muka Bumi, berkaitan dengan penciptaan manusia. Kalau tidak ada orang tua kita, maka kita pun tidak akan pernah ada di muka Bumi ini.

Karena itu, kita bisa merasakan betapa besar dan sentralnya peranan orang tua dalam kehidupan kita. lbu kitalah yang bersusah payah mengandung, memelihara dan mendidik sampai kita dewasa. Dan bapak kita berusaha mati-matian untuk menafkahi keluarga. Mempertahankan hidup kita sampai dewasa. Sampai bisa dilepas untuk bisa hidup mandiri. Maka, kata Allah di dalam ayat tersebut, anak yang bisa membalas budi kepada orang tuanya dan mendoakan mereka termasuk perhatian kepada anak cucunya akan memperoleh penghargaan yang tinggi dari Allah.

Orang yang seperti ini, telah 'membantu' Allah untuk menciptakan generasi-generasi yang berkualitas di muka Bumi bagi masa depannya. Maka, ia berhak memperoleh kebahagiaan Surga.

2. Orang Yang Pandai Bersyukur.

Orang yang pandai bersyukur menunjukkan bahwa ia adalah orang yang bijak. Sedangkan orang yang bijak menunjukkan bahwa dia orang yang memiliki pemahaman yang mendalam. Dan, orang yang memiliki pemahaman yang mendalam menunjukkan bahwa ia telah makan asam garam kehidupan.

Dalam konteks agama, ia bukan hanya orang yang bisa berteori di dalam beragama, melainkan telah menjalani agama ini dengan sepenuh hatinya. la telah 'bertemu' Allah dalam setiap aktivitas kehidupannya.

Bagaimana seseorang bisa bersyukur, kalau ia tidak pernah 'bertemu Allah'. Kepada siapakah ia bersyukur jika ia tidak paham bahwa Allah lah Tuhan semesta alam. Bahwa Allah lah yang telah memberinya kenikmatan itu. Baik berupa kesehatan, harta, kedudukan, ilmu pengetahuan, dan berbagai macam kenikmatan lainnya.

Orang yang bisa bersyukur adalah orang yang telah melewati masa-masa kritis dalam keimanannya, dalam ketakwaannya. la telah ditempa kehidupan yang memberikan kesimpulan bahwa hidup ini temyata milik Allah. Bukan miliknya. Karena itu, ia mensyukuri segala nikmat yang diperolehnya, sebab ia tahu persis bahwa semua itu semata-mata pemberianNya ... ! Maka, orang yang demikian ini sangat pantas tinggal di Surga.

3. Beramal Saleh, Mengharap Ridha Allah.

Kenapa pulakah orang yang beramal saleh pantas masuk Surga? Orang yang beramal saleh adalah orang-orang yang sepanjang hidupnya ingin bermanfaat sebesar-besarnya. Baik buat dirinya sendiri, buat keluarganya, buat sahabat-sahabatnya, buat masyarakatnya, buat bangsa dan akhirnya buat syiar agamanya.

Orang yang bisa beramal saleh adalah orang yang paham tentang misi kehidupan dan misi beragamanya. ia telah menemukan pemahaman yang menyeluruh (holistik) atas kehidupannya. Dan, setelah paham semua itu,  ia lantas melakukan amalan yang bermanfaat sepanjang hidupnya. Di mana pun dia berada.

Maka, orang yang demikian adalah orang-orang yang telah melewati tahapan iman dan takwa. Sebab Iman adalah Keyakinan. Dan Takwa adalah kemampuan mengendalikan diri saat melakukan amalan. Kedua duanya telah dijalankannya secara praktis saat ia melakukan amalan yang saleh.

Maka, pantaslah seorang yang banyak amalan salehnya akan memasuki Surga. Karena sebenarnya, itu adalah gambaran praktis dari seorang yang telah tinggi keimanan dan takwanya. Apalagi amalan salehnya itu bukan karena pamer atau pamrih, melainkan karena ingin mencari ridha Allah.

4. Orang yang Bertaubat.

Siapakah orang yang tidak pernah berbuat salah? Siapa pulakah manusia yang tidak pernah berdosa? Tidak ada, kecuali hamba hambaNya yang dijaga agar tetap makshum oleh Allah, sebagaimana Rasulullah saw.

Karena itu, Allah telah menetapkan Dirinya sebagai Dzat Yang Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Jika Allah menghukum manusia karena kesalahannya, maka manusia seluruh muka Bumi ini tidak ada yang tersisa satu pun dari azabNya. Tetapi Allah Maha Pengampun dan Maha Pemaaf.

Maka, sebenarnya, orang-orang yang bisa masuk Surga itu lebih dikarenakan sifat Pengampun dan PemaafNya saja. Jika tidak, maka sungguh tidak ada yang pantas masuk ke dalam Surga Allah itu, disebabkan oleh begitu banyak dosa yang telah diperbuatnya.

Karena itu, Allah mengatakan di dalam ayat tersebut bahwa orang-orang yang pantas masuk Surga itu adalah orang-orang yang selalu bertaubat kepadaNya.

Bertaubat adalah memohon ampunan dan belas kasih permaafan dari Allah atas segala dosa dan kesalahan yang telah di perbuatnya. Dan dia berjanji kepada dirinya sendiri dan kepada Allah untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi.

Kalau kita sepenuh hati memohon ampunanNya dan bertaubat, Insya Allah Dia akan memaafkan dosa-dosa kita, sebesar apa pun dosa yang telah kita lakukan. Tidak ada dosa di alam semesta ini yang besamya melebihi besamya Kasih Sayang Allah. Demikian pula, tidak ada dosa di dunia ini yang besarnya mengalahkan sifat Pengampun dan Pemaafnya Allah.

Maka, datanglah kepadaNya dengan berendah diri dan penuh penyesalan, Insya Allah Dia akan mengampuni dosa-dosa yang pernah kita lakukan, seluruhnya. Dan Ia akan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hambaNya di dalam Surga.

5. Berserah Diri Hanya kepada Allah Saja.

Puncak dari seluruh perjalanan keagamaan kita ini sebenarnya adalah berserah diri kepada Allah. Seluruh tahapan-tahapan kualitas yang pernah kita jalani dalam beragama, muaranya adalah berserah diri kepada Allah saja. Hal ini dikemukan Allah di dalam berbagai ayatNya.

QS. An Nisaa : 125
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya di antara kalian, selain orang orang yang berserah diri hanya kepada Allah, dan dia selalu berbuat kebajikanE

Berserah diri adalah tingkatan tertinggi di dalam beragama Islam. Sehingga secara retorika, Allah bertanya kepada kita : siapakah yang lebih baik agamanya di antara manusia, kecuali orang-orang yang berserah diri kepada Allah? Jawaban atas pertanyaan itu telah diberikan sendiri olehNya, bahwa yang terbaik adalah berserah diri

Di ayatNya yang lain, secara tegas Allah menempatkan 'berserah diri' itu di atas keimanan dan ketakwaan.

QS. Ali Imran (3) : 102
"Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berserah diri (Islam)."

Keimanan adalah langkah awal, dimana seseorang 'dianjurkan' untuk memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan dia jalani di dalam beragama ini adalah benar dan bermanfaat.

Setelah ia peroleh keyakinan itu, maka ia mesti menjalankan dalam kehidupan yang sesungguhnya. Sebab beragama ini memang bukan sekadar pengetahuan dan keyakinan saja, melainkan untuk dijalani. Diamalkan. Itulah Takwa : sebuah upaya terus-menerus untuk tetap istidomah di dalam menjalani agama. Ini tidak mudah. Karena itu Allah mengatakan di ayat tersebut bertakwalah kalian dengan 'sebenar benarnya'. Dengan upaya yang sangat keras dan sungguh-sungguh.

Dan puncaknya, adalah berserah diri kepada Allah semata. Orang yang sudah makan asam garam kehidupan dalam proses peribadatan yang sangat panjang.

Ketika seseorang sudah mencapai tingkatan 'berserah diri kepada Allah', maka bisa dikatakan dia sudah menemukan hakikat kehidupan. Bahwa segala yang ada ini tenyata bukan miliknya.

Harta yang dia punyai pun sebenarnya bukan miliknya. Karena ternyata, dia tidak pernah bisa menolak kehadiran maupun lenyapnya harta itu ketika sudah waktunya.

Demikian pula istri atau suami, dan keluarga yang dicintainya. Semuanya juga bukan miliknya. Karena suatu ketika, mereka satu per satu akan meninggalkannya.

Kekuasaan, juga tidak pernah ada yang kekal abadi. Kekuasaan yang dia peroleh hari ini, suatu ketika harus dilepasnya pula. Dia dibatasi oleh umur dan kondisi di sekelilingnya.

Bahkan dirinya dan hidupnya. Ternyata, juga bukan miliknya. Dia tidak pernah bisa menghindari sakit, lelah, sedih, gembira dan berbagai masalah yang menghampiri kehidupannya. Bahkan akhirnya, dia tidak pernah bisa melawan proses ketuaan. Suatu ketika dia harus merelakan kehidupannya, meninggalkan dunia yang fana, untuk kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan.

Maka, ujung dari seluruh perjalanan kehidupannya itu, ia menyimpulkan untuk berserah, diri kepada Allah saja. la mengakui, bahwa dirinya bukan apa-apa. Allah lah yang memiliki dan berkuasa atas segala-galanya di alam semesta.

la letakkan seluruh rasa possessive nya, rasa kepemilikannya terhadap dunia. Dia menata hatinya untuk kembali kepada Allah. Berserah diri sepenuh-penuhnya, sebagaimana yang selalu ia ikrarkan dalam setiap shalatnya : "sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku kuserahkan hanya untuk Allah semata . . . "

Kalau sudah demikian adanya, maka sesungguhnya ia telah memperoleh Surga dunia. Dan setelah hari kiamat nanti, Allah akan memasukkan orang itu ke dalam Surga yang sesungguhnya. Bukan hanya 'wilayah Surga' yang penuh dengan taman-taman indah, mata air mata air yang jernih, buah-buahan yang sedap rasanya, serta berbagai kenikmatan kebendaan. Karena sejak di dunia ia telah terlanjur memperoleh kesimpulan bahwa semua kenikmatan benda itu adalah 'semu belaka'!

'Kenikmatan Yang Sejati' telah dia peroleh lewat dzikir-dzikirnya yang panjang kepada Allah. Telah dia rasakan saat-saat shalat malam dalam  keheningan semesta. Dan telah dia 'genggam' dalam seluruh tarikan nafas maupun denyut jantungnya yang selalu membisikkan kalimat-kalimat tauhid : Allah ... Allah ... Allah ...

Minggu, 01 Juli 2012

Pengorbanan Istri Yang Sering Tidak Disadari Suami


Wanita adalah karunia terindah yang ada dan penting di dunia, tapi banyak perjuangan dan pengorbanan wanita tidak di ketahui Pria.
1. Ketika suami menikah lagi, dan perempuan berusaha menerima (karena alasan ekonomi atau agama atau alasan apapun), ia akan duduk sendiri di setiap malam dalam gelap kamar saat suaminya tengah mendekap mesra seorangperempuan lain di ranjang lain. Ia akan (mungkin) menangis karena terluka, tapi demi anak-anak ia akan berusaha menerimanya dengan sabar
2.Sebagai istri ia siap mengorbankan impian-impiannyademi mengurus suami (yang kadang bersifat kekanak-kanakan dan minta diurus) dan anak-anak yang bandel.
3.Ketika suami mencela masakannya, ia akan bersusah payah belajar masak dari siapapun untuk bisa menghidangkan makanan dengan rasa terbaik pada suami dan anak-anaknya.
4. Ia bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Jam kerjanya tak berbatas. ia bangun ketika siapapun di rumah belum bangun, mulai bekerja, memasak,membersihkan rumah, mencuci pakaian, lalu mengurus suami sebelum pergi kerja, mengurus anak-anak berangkat sekolah, ketika pakaian kering di jemuran ia akan mengangkatnya, dan menyetrika dengan rapi.
5. Kemudian setelah begitu capek mengurus rumah tangga, malam giliran memenuhi ini itu suaminya. Mulianya seorang istri adalah: tukang masak, tukang cuci, cleaning service, babu dan wanita penghibur digabung jadi satu
6. Ketika suaminya menginginkan punya anak 4,5,6 atau 9 orang, ia sebagai istri harus siap menderita mengandung anak dan bertarung nyawamelahirkannya. Suami kadang gak terlalu paham penderitaan macam begini karena mereka tidak mengalaminya
7. Meski laki-laki tak paham benar, tapi Allah Maha Mengerti, karena itulah ia memberi reward pada pengorbanan perempuan. Bagi yang meninggal karena melahirkan anak, Tuhan langsung memberinya surga. Bagi istri yang setia bekerja mengurus rumah tangganya, dengan sabar dan ikhlas, maka silahkanlah ia masuk surga dari pintu mana saja ia suka.

Jendral Soedirman berjuang Karena Islam

Pejuang kemerdekaan yang mengobarkan semangat jihad, perlawa nan terhadap kezaliman, membekali dirinya dengan pemahaman dan pengetahuan agama yang dalam, sebelum terjun dalam dunia militer untuk seterusnya aktif dalam aksi-aksi perlawanan dalam mempertahankan kemerdekaan negeri. Mengawali karir militernya sebagai seorang dai muda yang giat berdakwah di era 1936-1942 di daerah Cilacap dan Banyumas. Hingga pada masa itu Soedirman adalah dai masyhur yang dicintai masyarakat.
Lahir dari keluarga petani kecil, di desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, pada tanggal 24 Januari 1916. Ayahnya seorang mandor tebut pada pabrik gula di Purwokerto. Sejak bayi Soedirman diangkat anak oleh asisten wedana (camat) di Rembang, R. Tjokrosunaryo.
Ketika ia menjadi seorang panglima, Soedirman adalah seorang yang ditakuti lawan dan disegani kawan. Memiliki semangat berdakwah yang tinggi, dan lebih banyak menekankan pada ajaran tauhid, kesadaran beragama serta kesadaran berbangsa.
Sebagai bagian dari hamba-hamba Allah, kepedulian akan kemurnian nilai-nilai ketauhidan terhadap masyarakat Jawa yang masih sangat kental dipengaruhi oleh adat istiadat. Menjadi suatu kegiatan dakwah yang memiliki nilai strategis, karena dengan cara itulah semangat jihad untuk melakukan perlawanan dalam diri rakyat dapat terpompa dan terpelihara. Termasuk bagi seorang Soedirman, yang memulainya dari kepanduan Hizbul Wathon bagian dari Muhammadiyah.
Bakat dan jiwa perjuangannya mulai terlihat sejak dari kepanduan Hizbul Wathon ini, juga peningkatan kemampuan fisik dan penggemblengan mental. Bakat kemiliterannya ditempa melalui organisasi berbasis dakwah. Bahkan semangatnya berjihad telah mengantarkan Soedirman menjadi orang nomor satu dalam sejarah militer Indonesia.
Sebagai kader Muhammdiyah, Panglima Soedirman dikenal sebagai santri atau jamaah yang cukup aktif dalam pengajian “malam selasa”, yakni pengajian yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah di Kauman berdekatan dengan Masjid Besar Yogyakarta. Seorang Panglima yang istimewa, dengan kekuatan iman dan keislaman yang melekat kuat dalam dadanya. Sangat meneladani kehidupan Rasulullah, yang mengajarkan kesederhaan dan kebersahajaan. Sehingga perlakuan khusus dari jamaah pengajian yang rutin diikutinya, dianggap terlalu berlebihan dan ditolaknya dengan halus.
Seorang jenderal yang shalih, senantiasa memanfaatkan momentum perjuangan dalam rangka menegakkan kemerdekaan sebagai bagian dari wujud pelaksanaan jihad fi sabilillah. Dan ini ia tanamkan kepada para anak buahnya, bahwa mereka yang gugur dalam perang ini tidaklah mati sia-sia, melainkan gugur sebagai syuhada. Untuk menyebarluaskan semangat perjuangan jihad tersebut, baik di kalangan tentara atau pun seluruh rakyat Indonesia, Jenderal besar ini menyebarkan pamflet atau selebaran yang berisikan seruan kepada seluruh rakyat dan tentara untuk terus berjuang melawan Belanda dengan mengutip salah satu hadits Nabi. “Insjafilah! Barangsiapa mati, padahal (sewaktoe hidoepnja) beloem pernah toeroet berperang (membela keadilan) bahkan hatinya berhasrat perang poen tidak, maka matilah ia diatas tjabang kemoenafekan.”
Perang gerilya yang dilakukan, tak luput dari mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sewaktu berada di desa Karangnongko, setelah sebelumnya menetap di desa Sukarame, Panglima Besar Soedirman yang memiliki naluri seorang pejuang, menganggap desa tersebut tidak aman bagi keselamatan pasukannya. Maka beliau pun mengambil keputusan untuk meninggalkan desa dengan taktik penyamaran, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah besarta para sahabatnya saat akan berhijrah. Setelah shalat subuh, Pak Dirman yang memiliki nama samaran Pak De dengan beberapa pengawal pergi menuju hutan. Mantel yang biasa dipakai olehnya ditinggal dalam rumah di desa itu, termasuk beberapa anggota rombongan yang terdiri dari Suparjo Rustam dan Heru Kesser. Pagi harinya Heru Kesser segera mengenakan mantel tersebut dan bersama Suparjo Rustam berjalan menuju arah selatan, sampai pada sebuah rumah barulah mantel tersebut dilepas dan mereka berdua bersama beberapa orang secara hati-hati pergi menyusul Soedirman. Dan sore harinya pasukan Belanda dengan pesawat pemburunya memborbardir rumah yang sempat disinggahi Heru Kesser dan Suparjo Rustam, dan ini membuktikan betapa seorang Panglima sekaligus dai ini begitu menguasai taktik dan sejarah perjuangan dalam Islam.
Sebuah perjuangan yang penuh dengan kateladanan, baik untuk menjadi pelajaran dan contoh bagi kita semua, anak bangsa. Perjalanan panjang seorang dai pejuang yang tidak lagi memikirkan tentang dirinya melainkan berbuat dan berkata hanya untuk rakyat serta bangsa tercinta. Penyakit TBC yang diderita, tidak menyurutkan langkah perjuangannya. Sampai akhir usianya, 38 tahun, Panglima Besar Jenderal Soedirman yang dicintai rakyat menutup hidupnya tanggal 29 Januari 1950, tepat hari Ahad. Bangsa ini mencatat satu lagi pejuang umat, yang lahir dari umat dan selalu berjalan seiring untuk kepentingan umat.