Selamat Datang di situs resmi Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia, kabupaten kutai kartanegara selamat menikmati, bersama etam membangun pelajar dengan berbasis imtaq dan iptek di odah kita.

KONFRENSI WILAYAH KALTIM KE 15

pemilihan dan pelantikan pengurus wilayah periode 2011-2013.

Lambang PII, dan badan otonom serta Keluarga Besar

sejak 1947 berkiprah memajukan pendidikan di indonesia

Peringatan Hari jadi PII tahun 2012

Mengundang dai kondang "ustadz Azhari nasution" dai muda pilihan ANTV

Aksi Kemanusiaan

Galang Dana Untuk Korban kebakaran

Dialog pelajar

bekerjasama dengan korps brigade PII kaltim dalam rangka hari pahlawan

Agenda Selanjutnya Leadership Basic Training di Tenggarong, Kutai Kartanegara SMA Negeri 2 Tenggarong. Pada Tanggal 25 - 31 Juli 2012

Sabtu, 30 Juni 2012

Dahsyatnya Puasa Senin Kamis


 Siapa sih yang tidak ingin awet muda, bebas penyakit, sekaligus selamat dunia akhirat ? Kalau kita ingin mendapatkan semua itu, cobalah berpuasa Senin-Kamis secara teratur.
Kebanyakan dari kita tentunya pernah mendengar puasa Senin Kamis sebagai puasa sunnah di dalam Islam. Namun, berapa yang benar-benar berusaha merutinkan puasa tersebut ?
Kalau hari itu kebetulan ada acara pengajian dan makan-makan, bukannya lebih enak makan-makan ketimbang puasa sunnah ? Kalau pagi itu kebetulan tidak sempat sahur, bukannya lebih nyaman absen puasa dulu ? Bagaimanapun, puasa Senin Kamis itu hanyalah ‘sunnah’ bukan ?
Tak banyak dari kita yang tahu benar hikmah puasa Senin Kamis dari segi spiritual, kesehatan dan keutamaannya di hadapan Allah. Karena itu, dalam rubrik tadzkirah IMSIS kali ini, ada baiknya kita mengupas hikmah puasa Senin Kamis supaya kita lebih semangat menjalaninya.
Alasan utama mengapa puasa Senin Kamis disunahkan dalam Islam ialah karena Rasulullah sering berpuasa di kedua hari tersebut.
Tapi, apa keutamaan Senin dan Kamis ?
Sehubungan dengan hal ini ada 2 hadis dari Rasulullah yg berkenaan dengan pemilihan hari Senin dan Kamis.
Yang pertama, dalam Hadist Riwayat Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah mengatakan bahwa semua amal dibentangkan di hari Senin dan Kamis. Karena itu, sebagai orang beriman, sungguhlah baik bila pada saat malaikat melaporkan amalan kita itu kita tengah berpuasa.
Yang kedua, hari Senin Kamis adalah hari istimewa karena pada hari itulah Rasulullah dilahirkan, menjadi rasul dan mendapat wahyu (HR Muslim).
Jadi terlihat disini bahwa hari Senin dan Kamis adalah hari istimewa dari sisi religius.
Dari sisi logika, bisa dilihat bahwa hari Senin dan Kamis membagi satu ‘minggu’ menjadi dua bagian yang hampir sama rata. Jadi  kentara sekali bahwa puasa Senin Kamis mempunyai fungsi maintenance atau pemeliharaan. Analoginya mungkin sama dengan pembagian waktu minum obat kala kita sakit. Tentu kita ingat, kala kita sakit, kita sering disuruh minum obat 2x sehari, yaitu 1x di pagi hari dan 1x di malam hari. Kalau dilihat, waktu2 dimana kita disuruh minum obat 2x tersebut membagi kurang lebih hari itu menjadi 3 bagian yang sama. Hal ini berlaku juga dengan Senin dan Kamis yang membagi satu minggu menjadi dua bagian.
Dengan berpuasa di hari Senin dan Kamis, secara tidak langsung kita melakukan maintenance untuk diri kita secara rutin baik dari segi spiritual maupun jasmani.
Lalu, apakah keutamaan puasa yang berkelanjutan seperti puasa Senin Kamis ini ?
Keutamaan yang pertama ialah karena puasa Senin Kamis melatih kita secara teratur untuk menghindarkan diri dari pekerjaan dosa. Kalau ada latihan efektif untuk ‘anger management’ atau latihan kesabaran, maka itulah puasa. Karena itu, cocoklah jika dikatakan bahwa puasa adalah zakat jiwa, dimana pada saat puasa, kita membuang perangai buruk. Sehingga sesudah puasa, emosi dan spiritual kita menjadi lebih bersih.
”Segala sesuatu itu ada zakatnya,sedang zakat jiwa itu adalah berpuasa. Dan puasa itu separo kesabaran”.(HR. Ibnu Majah).
Dengan menghilangnya perangai buruk kita, minimal seminggu dua kali, maka bisa juga dikatakan bahwa ”Puasa adalah benteng yg membentengi seseorang dari api neraka yg membara”.{HR.Ahmad dan Baihaqi}.
Keutamaan yang kedua ialah karena puasa Senin Kamis bisa meningkatkan amalan kita. Biasanya, seseorang yang kekenyangan dan keenakan cenderung malas beribadah. Puasa menjadikan kita lebih produktif dalam beribadah karena selain kita tidak lagi dalam posisi keenakan, orang yang berpuasa juga cenderung ingin beribadah ekstra.  Disamping itu, puasa bisa melembutkan hati. Ini karena dengan puasa, kita cenderung lebih berempati dengan orang-orang yang lebih tidak beruntung dibanding kita. Karena itu, puasa bisa menjadikan kita lebih dekat dengan Allah dan lebih bertakwa.
Tidaklah salah kalau dalam Quran disebutkan bahwa puasa diperintahkan pada kita dan orang2 sebelum kita supaya kita menjadi orang yang bertakwa (Al Baqarah 183).
Selain dari keuntungan dari segi emosional spiritual seperti yang dijelaskan diatas, puasa juga memiliki keutamaan dari segi kesehatan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa saat ini sudah ada banyak riset yang menyimpulkan bahwa puasa yang teratur itu baik untuk kesehatan.
Manfaat kesehatan dari puasa yang paling populer adalah puasa bisa dibilang sebagai cara ampuh untuk membatasi kalori yang masuk ke tubuh kita. Dalam Islam dan bidang kedokteran, dianjurkan untuk tidak makan berlebihan, karena makanan yang berlebih dan tidak sehat bisa menimbulkan penyakit. Lihat saja masyarakat di negara makmur yang mana makanan berlimpah. Selain tingkat obesitas tinggi, masyarakat negara-negara tersebut banyak yang mengidap diabetes dan jantung yang notabene sering dijuluki sebagai penyakit orang kaya.  Dengan puasa Senin Kamis, paling tidak, dalam dua kali seminggu, kita membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita.
Manfaat lain dari puasa ditinjau dari segi kesehatan yang juga banyak dipopulerkan adalah fungsi pembersihan dan penyembuhan. Dengan istirahatnya sistem
pencernaan kita selama puasa, maka memungkinkan sistem2 lain di tubuh kita untuk bekerja dengan lebih baik, misalnya sistem imunitas. Inilah sebabnya mengapa orang yang sakit atau binatang yang terluka suka menolak makan. Andaikata kita tidak sedang sakit pun, polisi imunitas bekerja keras saat kita puasa. Jika polisi-polisi ini mendeteksi hal-hal yang kira-kira nanti bisa membuat kita sakit atau hal-hal abnormal, seperti tumbuhnya kista atau tumor, maka pada hari kita puasa, mereka bisa memberantasnya.
Sistem detoksifikasi tubuh juga bekerja lebih lancar jika kita tidak menerima asupan lagi. Disini, mungkin kita bisa membayangkan sistem pembersihan tubuh kita seperti pegawai yang kewalahan mengerjakan tugasnya kalau tugas datang bertubi2. Akibatnya, fungsi pembersihan tubuh tidak terkerjakan dengan maksimal dan sangat mungkin luput mengeliminasi beberapa zat-zat yang kurang baik untuk tubuh kita. Dengan berhentinya asupan, maka tugas dari sistem pembersihan tubuh kita menjadi lebih manageable sehingga kinerjanya menjadi lebih maksimal.
Sistem peremajaan juga bekerja dengan maksimal saat kita puasa karena Allah mendesain tubuh kita untuk mengeluarkan hormon yang erat kaitannya dengan anti-aging kala kita puasa. Karena itu tidaklah mengherankan jika pada suatu eksperimen ditemukan bahwa cacing yang berpuasa bisa hidup 19 generasi lebih lama dibanding cacing yang tidak berpuasa. Kalau ada obat anti aging yang ampuh, itulah puasa. Bisa jadi puasa Senin Kamis secara teratur nantinya menjadikan kita awet muda dan bebas penyakit di hari tua.
Lalu bagaimana dengan orang yang sering mengeluhkan tidak bisa bekerja karena kelaparan dan lemas pada saat puasa seperti yg terlihat jelas di Indonesia dimana kinerja orang menjadi turun saat puasa? Jika hal ini terjadi,  bisa jadi kelaparan itu terjadi karena kita tidak bekerja dengan baik atau kurang konsentrasi. Yang jelas, puasa tidak mempunyai pengaruh buruk terhadap otak dan daya pikir kita. Malahan, sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa puasa malah meningkatkan daya pikir kita.
Masih banyak lagi manfaat kesehatan dari puasa,misalnya puasa bisa  menghindari atau mengurangi diabetes dan penyakit vascular seperti jantung. Yang jelas, kala Sang Pencipta kita mewajibkan kita puasa minimum setahun sekali selama Ramadhan , Dia tahu bahwa puasa itu baik bagi kita. Bayangkan dahsyatnya puasa kala kita bisa merutinkannya seminggu dua kali seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Walaupun begitu, perlu diingat dan digarisbawahi bahwa semua amal tergantung niat. Jika niat puasa kita hanyalah dari segi kesehatan, maka itulah yang kita dapat. Namun kala niat puasa kita adalah dalam rangka meningkatkan kualitas spiritualitas kita dan mendekatkan diri pada Allah maka tidak hanya kita mendapat fisik yang prima, namun juga ridho Allah dan keselamatan dunia akhirat. Sebagai muslim, ridha Allah terletak di atas segala-galanya. Allah sangat menyukai orang yang berpuasa karena Allah, sehingga Allah menjanjikan gerbang khusus di surga bagi yang gemar berpuasa, yaitu Ar-Rayyan (H.R Muslim).
Maka dari itu, marilah kita galakkan dan rutinkan puasa-puasa sunnah seperti puasa Senin Kamis dalam rangka meraih ridha Allah dan salah satu cara untuk meraih jannahNya. Insya Allah dengan puasa yang rutin, kita tidak hanya mendapat balasan di akhirat nanti, tetapi kita juga mendapat keuntungan di dunia berupa kesehatan yang prima dan daya pikir yang jernih. 
 Sumber :http://lp3i.tarbiyah.uin-malang.ac.id

Jumat, 29 Juni 2012

TUHAN, BOLEHKAH AKU DILAHIRKAN KEMBALI ?

Cerpen Haniswita

Alicia Korelina. Aku adalah gadis cantik dengan mata hijau sebagai penyempurna kecantikanku. Aku dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Karena keluarga jualah aku menjadi seorang yang berprestasi dari bangku dasar. Singkatnya aku adalah gadis yang beruntung karna aku memiliki semua kesempurnaan itu.

Kehidupan itu tak berjalan selamanya. Kehancuran itu berawal dari pertengkaran hebat antara mama dan papa di suatu malam.
“Dasar. Istri tak tau diuntung. Aku seperti karna kau dan Alice. Dan sekarang kau tuduh aku berselingkuh? Dimana otakmu?”
“Lalu siapa perempuan itu? Apa itu yang tidak berselingkuh?”
PLAK.Papa melakukannya tepat di depan mata kepalaku. Tangan itu yang biasanya melindungiku dan mama, kini malah menampar wajah mama. Aku hanya menangis. Berusaha berteriak, namun suara ini tertahan untuk keluar. Berbulan-bulan aku hidup berdampingan dengan kejadian gila ini. Dan selama itu pula aku selalu berharap agar kejadian gila itu segera berakhir.

Doaku terkabul.Kejadian itu berakhir dengan persidangan cerai di meja hijau. Aku benci ini. Bahkan sangat membencinya. Hilang sudah keluarga yang selalu aku banggakan selama ini.

Hari-hariku berjalan dengan kesunyian. Pagi yang biasanya hangat dengan gurauan mama dan papa, kini terasa hambar ketika yang ku temui seorang ibu yang sibuk dengan laptopnya tanpa mempedulikan kehadiran anaknya. Setiap pagi selalu sarapan dan berangkat seorang diri. Terkadang ketika aku berpapasan dengan mereka yang diantar oleh ayah ataupun ibunya, tak tertahan rasanya membendung air mata ini. Sungguh aku sangat merindukan kehidupan seperti mereka.

Tugas hari ini adalah mengarang.
“Ciptakan sebuah karangan yang menceritakan indahnya kehidupan keluarga kalian!”itu kalimat terakhir yang ku tangkap dari Bu Reno.

Semua murid langsung hanyut dalam kegiatannya. Tapi tidak denganku. Bagaimana mungkin aku akan menuliskan keluargaku yang telah hancur. Dan kali ini aku harus benar-benar mengarang.Menuliskan bahwa aku hidup di tengah keluarga yang harmonis dan saling menyayangi.

Nurani ku berontak membaca kata-kata yang penuh kebohongan itu. Ku buang kertas itu dan kali ini aku tak ingin lagi mengarang. Dengan cepat ku tulis ‘BERBULAN-BULAN AKU HIDUP DI TENGAH KELUARGA YANG PENUH KEKACAUAN.DAN KINI AKU MERINDUKAN KELUARGAKU WALAU AKU MEMBENCINYA.’
“Belum saatnya aku menjadi seorang pengarang,”desisku pelan dan menyerahkan karangan singkat itu kepada Bu Reno.

Tanpa ku sadari, Lucas membaca tulisanku. Dengan nada prihatin, ia menanyaiku dengan berbagai pertanyaan. Dengan rasa malu bercampur takut, ku jawab pertanyaannya satu persatu.Tanpa ku sadari aku telah menuturkan semua kisah pahitku kepada pemuda Kristen itu.
“Tenang Alice. Aku tak akan menceritakan kepada orang lain. Aku hanya ingin membantumu. Pakailah ini untuk menenangkan dirimu!” tuturnya sambil meletakan sebuah bungkusan berisi serbuk-serbuk putih ke dalam genggamanku.
*****

Malamnya, ku pandangi bungkusan kecil itu.Dengan rasa penasaran, ku buka bungkusan itu perlahan. Seketika muncul bau yang mencuat ke seluruh penjuru kamar. Ku hirup bau itu dalam-dalam. Lagi dan lagi. Benar yang Lucas katakan.Aku merasakan ketenangan karenanya. Dan sejak saat itu, narkotika menjadi bagian terpenting dalam hidupku.

Setiap malam aku dan Lucas tak pernah absen menghirup benda haram itu.Dari sanalah kedekatanku dengan Lucas berawal.Dan dari kedekatan itu timbul sebuah perasaan untuknya.

Sore itu Lucas mengajakku ke sebuah gereja. Gereja yang cukup besar dan mewah menurutku. Tepat di depan sebuah patung besar, Lucas menyatakan perasaan yang sama kepadaku. Sungguh, ini kali pertamanya aku mendengar kalimat itu setelah kehancuran keluargaku. Namun kalimatnya yang terakhir membuat darah ini berhenti mengalir.Aku tau maksud pembicaraannya.Tapi,mungkinkah aku melakukannya?
“Kita memang memiliki rasa yang sama.Tapi kita tak mungkin memiliki hubungan layaknya remaja lain. Aku yakin kau mengerti. Kita tidak dalam satu keyakinan.Kecuali kalau kau….”Lucas tak melanjutkan kalimatnya dan membiarkanku berpikir.

Ah. Ini benar-benar gila. Tapi tak ada salahnya aku terima. Toh selama ini aku tak lagi diperhatikan kedua orangtuaku. Jadi tak salah kalau aku memulai kebahagiaanku yang baru dengan Lucas.
“Kalau itu yang kau inginkan, kenapa tidak.Tak masalah bagiku menukar agama seperti yang kau inginkan,”jawabku mantap.
“Dan mulai saat ini, kau buka lagi Alicia Korelina. Tapi kau adalah Alicia Kristiani yang jauh kebih kuat dari Alicia Korelina,”jawabnya sambil tersenyum licik.

Malam itu Lucas tak datang ke rumahku. Aku tau dia pasti sangat sibuk dengan bandnya. Sadar Lucas tak akan datang, segera ku cari sabu-sabu yang kusimpan minggu lalu. Sial. Aku lupa barang dibawa Lucas bersama rekannya. Ku alihkan pandangan ke meja biru yang dulu selalu membantuku mengerjakan berbagai tugas. Aku menangkap sesuatu disana. Sebotol lem. Tanpa buang waktu, ku buka tutupnya dan kuhirup dalam-dalam.

Selang beberapa waktu zat itu sudah raib dari tempatnya. Sayangnya, aku masih ingin menghirupnya. Dengan gerakan lambat, ku ambil cutter di tas sekolahku. Ku toreskan cutter berkarat itu ke pergelangan kiriku. Darah merah dan segar mengalir sambil menebarkan aroma lem yang ku hirup tadi. Ku hirup kembali aroma yang ada di darahku. Berkali-kali aku melakukan hal yang sama. Dan pada toresan yang ke delapan belas, sesuatu di luar kendaliku terjadi. Cutter itu memutuskan nadi pergelangan kiriku. Darah bersih dan segar mengalir dengan sangat deras tanpa bisa ku hentikan.

Bayangan hitam berkelebat di kepalaku. Akankan ajal itu kan datang padaku malam ini? Tidak.Tidak boleh sekarang. Aku masih ingin bertemu dengan mama dan papa walau aku membenci mereka.
Bayangan papa berkelebat di benakku. Orang yang selalu mengajarkan aku dan mama untuk shalat tepat waktu. Bahkan ia tak segan-segan mencubit pipiku kalau aku melanggar perintahnya. Dan kini aku tak lagi menjalankan aturannya. Apa yang akan ia lakukan jika tau anaknya tak lagi seorang muslimah?

Tak ada lagi tenaga yang tersissa. Namun aku masih sempat memikirkan seorang mama dalam benakku. Dia sangat berharap agar kelak aku menjadi seorang dokter sepertinya. Tapi bagaimana kalau dia tau aku seorang pecandu narkoba? Dan mengorbankan waktu belajarku untuk bermain-main dengan benda haram itu? Cacian macam apa yang akan keluar dari mulutnya jika ia tau aku seperti ini?

Mataku mulai berkunang. Darah segar dari pergelanganku terus mengalir dengan deras. Kali ini aku ingin mengirim sebuah permohonan kecil kepada tuhan sebelum mulutku benar-benar terkunci untuk menuturkan permohonan ini. Dengan napas yang tak lagi teratur ku lepaskan permohonan kecil yang sangat menyesakkan itu.
“Tuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali?”

PROFIL PENULIS
Nama : Haniswita
Email : haniswita@yahoo.co.id
FB : Haniswita d'wieloucaver
Sekolah : MAN 2 Payakumbuh

SURAT (TANPA) AYAT

Cerpen Sujud Kabisat

“Sesungguhnya, orang hidup di dunia itu ibarat mampir ngombé. Hidup ini cuma sementara. Makanya orang hidup itu tidak usah néko-néko. Hidup yang kekal itu kelak hanya ada di aherat sana—di surga yang masih Wallahu ‘Alam sana?!”
“Maksud guru di atas langit sana kan?!”

Gheni memotong pembicaraan gurunya. Sesekali menyeruput secangkir kopi panas sehingga terlihat giginya berwarna kuning dan keropos menyerupai pagar besi berkarat yang terpasang semrawut di depan rumah orang tuanya di komplek Pasar Kembang, Jogja. Entah gigi-gigi itu rusak karena sudah bawaan dari kecilatau karena kuwalat melanggar perintah Tuhan ketika makan dan minum tidak mengucap Bismillahtentunya hanya Gheni yang tahu dan akan menanggung dari semua perbuatannya sendiri.
“Memang kamu tahu di atas langit sana ada apa saja?!” celetuk guru Landhung.
   
Gheni menggelengkan kepala sembari melongo menatap guru Landhung. Tatapannya kosong. Pikirannya melantur kemana-mana. Jangankan untuk menjawab pertanyaan di atas langit ada apa saja. Bahkan untuk membaca saja Gheni butuh bantuan teman-temannya untuk mengeja. Gheni tidak tahu apa itu titik (.), koma (,), tanda seru (!), dan tanda tanya (?). Gheni tida bisa membedakan antara tanda dan makna. Walau usianya sudah menginjak sebelas tahun, tapi seumur hidup dia tidak pernah mengenyam kurikulum di sekolah. Yang Gheni tahu, semua ilmu pengetahuan itu dinamakan sejarah. Sejatine winarah.
   
Tapi ada satu hal yang membuat  guru Landhung kagum dengan sosok Gheni. Bukan lantaran sifat keberaniannya ‘kalah cacak menang cacak’ yang tidak takut kepada semua orang yang dijumpainya. Kelebihan Gheni adalah bisa menguasai angka-angka dengan nyaris sempurna. Gheni bisa menghitung perkalian, penjumlahan, pembagian, dan pengurangan dengan sangat cepat. Otaknya seperti mesin kalkulator ketika melihat angka-angka.

Bahkan, ketika suatu malam sedang duduk di teras rumah bersama guru Landhung, tiba-tiba Gheni memberitahu kepada guru Landhung kalau jumlah bintang yang berada di atas halaman rumahnya sebanyak 5136.  Tapi yang 1036  bintang hanya bisa dilihat oleh Gheni sendiri. Karena 1036 bintang itu kelihatan sangat kecil sekali dan tidak bisa dilihat dengan mata orang tua seperti guru Landhung yang umurnya sudah menginjak 65 tahun.
    
Pengakuan Gheni malam itulah yang membuat guru Landhung semakin kagum dan diam-diam menyimpan keinginan untuk belajar angka-angka kepada Gheni
“Memang kamu tahu di atas langit sana ada apa saja?!” guru Landhung mengeraskan suara. Mengulangi pertanyaannya sambil memelototi wajah Gheni yang masih bengong.
***

“Ya. Aku tahu guru di atas langit sana ada apa saja?!”
   
Tujuh tahun selang, Gheni baru bisa menemukan jawaban dari pertanyaan guru Landhung ketika tanpa sengaja mencuci muka di sungai, Gheni melihat bintang-bintang yang bertebaran dari pantulan air di sungai itu. Lantas, Gheni menyimpulkan jawaban dari guru Landhung bahwa, sesungguhnya di atas langit sana ada air. Hanya ada air. Rasanya di dunia ini tidak ada benda yang lebih hebat bisa mengalahkan kedahsyatan air. Bahkan karena saking terinspirasi dengan air, malam itu juga Gheni langsung mengganti namanya menjadi Banyu. Barangkali selama ini orang tuanya salah memberi nama kepada dia. Gheni artinya api. Benda panas. Sebagai simbol dari setan. Sedangkan Banyu sendiri artinya air.  
   
Tapi yang membuat dia tidak habis pikir, kenapa guru Landhung dari dulu tidak pernah mengganti namanya? Padahal guru Landhung mengenal dia sejak kecil. Rumahnya hanya berjarak 20 meter dari rumah Banyu. Bedanya rumah guru Landhung berada di depan masjid. Sedangkan rumah Banyu berada di komplek prostitusi. Ibunya berprofesi sebagai pelacur. Sedangkan kerjaan Ayahnya tiap hari cuma berjudi. Sejak kecil sesuatu hal yang Banyu lakukan hanyalah mengambil sobekan kertas kecil berisi tulisan angka dari  bank lintah darat yang tiap malam menagih hutang kepada pelacur di komplek Pasar Kembang. Mungkin berawal dari situlah Banyu bisa leluasa menguasai angka-angka. Karena tidak pernah satu tulisanpun yang dia baca kecuali angka. Hanya angka.
“Aku tahu guru, di atas langit sana ada air?!”
   
Banyu meneteskan air mata ketika mau memberitahu jawaban itu kepada guru Landhung, tapi guru Landhung sudah keburu meninggal satu tahun yang lalu. Yang bisa Banyu lakukan hanyalah menyimpan jawaban itu di dalam hati. Banyu selalu menyimpan jawaban itu kemanapun dia pergi. Di manapun dia melangkahkan kaki.
“Di atas langit sana ada air. Di atas langit sana ada banyu. Di atas langit sana ada aku?! Ada Aku!”
****

Sejak mengganti namanya menjadi Banyu, dia tumbuh berkembang menjadi anak remaja liar dan keras yang menghabiskan waktunya hidup di jalan. Dia tidak mau tinggal di rumahnya yang tiap hari hanya digunakan orang tuanya sebagai tempat maksiat. Entah siapa sekarang yang menjadi gurunya Banyu setelah guru Landhung meninggal, Wallahu ‘Alam. Yang jelas Banyu berubah menjadi anak remaja cerdas yang haus akan ilmu. Rasanya di dunia ini tidak ada sesuatu hal lebih nikmat yang bisa Banyu lakukan kecuali hanya mencari ilmu.
   
Ketika pada suatu kesempatan Banyu membaca salah satu buku berbunyi,  Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China, maka saat itu juga Banyu mempunyai keinginan keras langsung pergi ke China untuk mencari ilmu.  Rasanya tidak susah bagi Banyu untuk merayu turis asing yang sedang berkunjung ke Jogja agar mau mengajaknya pergi ke China. Banyu menguasai Bahasa Inggris dengan fasih dan mempunyai banyak teman bulé dari berbagai negara yang tiap hari menemani kemanapun dia pergi.
   
Alhasil, Banyu bisa menginjakkan kaki ke China dengan ilmu itu. Apapun keinginannya bisa tercapai dengan ilmu. Bahkan sampai beberapa negara di belahan Benua Eropa dan Amerika sudah pernah Banyu kunjungi sekedar untuk menemani teman-temannya meneguk vodka dan marijuana. Tidak jarang juga Banyu melihat dengan mata kepala sendiri ketika teman-temannya menelusuri goa garba dari beraneka macam wanita yang pernah dijumpainya di beberapa negara.

Tidak ada yang kurang bagi Banyu untuk bersenang-senang. Cita-citanya semula mencari ilmu sudah hilang. Hingga ahirnya Banyu sadar bahwa yang dijumpainya sekarang ini tidak jauh beda dengan tempat maksiat di kota kelahirannya di Pasar kembang, Jogja. Perang dunia kedua ketika pesta pora Adam dan Hawa tak henti-hentinya merajalela bertahta. Tiba-tiba Banyu teringat kepada kedua orang tuanya.
“Ya Tuhan, apa yang harus kuperbuat?”

Tanpa sengaja Banyu menyebut nama Tuhan. Banyu tidak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali hanya meminta tolong kepada Tuhan. Semua teman-temannya sudah pergi. Meninggalkan Banyu sendiri. Banyu terdampar di sebuah padang pasir yang sangat gersang. Di negara Pakistan. Sebuah negara islam yang hanya mengenal nama Bilal, Hasyim, Adam, Ibrahim atau Muhammad, dan tidak mengenal nama Banyu maupun Gheni. Banyu tersadar bahwa selama ini ilmu sudah menjerumuskan dirinya dengan nafsu. Seseorang akan tersesat mempelajari ilmu tanpa Guru.

Banyu terus menangis. Menyesali semua kebodohannya. Kakinya sudah terlalu lelah untuk melangkah. Batinnya terlalu sakit untuk menjerit. Nafasnya terlalu sesak untuk berteriak. Perlahan-lahan, tubuh Banyu terhempas di atas pasir. Kepalanya menengadah. Pasrah. Kedua matanya hanya bisa kedap-kedip memandang kemerlip bintang di langit. Banyu teringat pertanyaan guru Landhung yang pernah dilontarkan kepadanya ketika dia belum bisa apa-apa. Ketika Banyu tidak tahu sama sekali tanda baca dan makna kecuali hanya mengenal angka-angka.
“Memang kamu tahu di atas langit sana ada apa saja?!”
****

Banyu terkulai lemas tak sadarkan diri. Seperti mati suri. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali hanya mengedipkan mata. Memahami rahasia.
“Excuse me, are you ok?” Tiba-tiba terdengar suara perempuan dengan sangat merdu mendesing di telinga Banyu.
“Excuse me, are you ok? May i help you?”

Banyu membuka mata perlahan-lahan. Dengan pandangan agak sedikit kabur, dia melihat di depannya ada perempuan cantik dengan tubuh jenjang, hidung mancung, kulit bersih, dengan wajah sangat teduh dan sejuk. Perempuan itu mengenakan jilbab dengan motif warna pelangi. Banyu pernah lihat di buku kalau jilbab seperti yang dikenakan perempuan itu berasal dari Maroko. Konon jilbab itu hanya dikenakan oleh perempuan yang sudah mengalami ruang tasawuf yang sangat dalam.
“Excuse me, where do you come from?” Perempuan itu mengulangi pertanyaannya sambil menatap wajah Banyu yang lemas dan pucat.
“Indonesia,” jawab Banyu dengan suara terbata-bata.
“Indonesia?” Perempuan itu setengah tidak percaya mendengar jawaban Banyu. “Indonesia adalah negara yang sangat indah. Aku jatuh cinta dengan Indonesia.”
“Can u speak indonesia?” sahut Banyu dengan semangat.
“Ya, aku sudah tiga tahun tinggal di Indonesia. Tepatnya di Aceh. Aku pernah main ke Jakarta, Surabaya, Malang, dan Jogja.”
“Aku dari Jogja. Rumahku tidak jauh dengan Malioboro. Tepatnya di komplek pelacuran Pasar Kembang.”
“Oh ya, Subhanallah,” jawab Yasmeen dengan bahagia. “Aku tidak menyangka kalau akan ketemu orang Jogja di Pakistan sini. Ternyata Allah mengabulkan doaku.”
“Doa?!”  
***
   
Ya, doa. Selama ini Banyu lupa kalau dirinya hampir tidak pernah berdoa. Selama ini yang dia pikirkan hanya tanda baca, ilmu, dan makna. Perkenalannya dengan perempuan itu, membuat Banyu seolah-olah melupakan semua keinginannya untuk mencari ilmu. Dalam benak Banyu hanya ingin mengetahui dan bertemu dengan Tuhan.
Dengan Tuhan….
“Nama kamu bagus. Yasmeen Ahmed.” Banyu mencoba membuka pembicaraan ketika mereka berdua berada di sebuah serambi Masjid, di rumah Yasmeen.
“Ayahku yang memberi aku nama itu. Artinya melati dari Rosulullah.”
“Kalau namaku dulu Gheni, artinya api. Sekarang aku ganti dengan Banyu, artinya air. Ketika namaku dulu masih Gheni, aku orang yang bodoh. Tidak tahu apa-apa kecuali hanya angka. Kemudian ketika aku mengganti nama dengan Banyu, tiba-tiba aku bisa belajar ilmu dengan sangat cepat. Aku punya banyak guru. Tapi ternyata ahirnya aku juga punya banyak nafsu. Aku lupa menghitung angka hingga tanpa aku sadari umurku sudah menginjak 27 tahun. Waktu melaju begitu cepat. Sangat cepat. Sampai-sampai aku tidak tahu apa yang sudah aku perbuat. Aku sekarang tidak punya apa-apa. Kecuali hanya dosa.”
“Jangan menyesali diri sendiri Banyu. Tidak baik. Umurku sekarang sudah 30 tahun, tapi aku belum menikah. Seburuk-buruknya anak muda adalah anak muda yang belum menikah.” Yasmeen tersenyum kecil. Sambil mengerlingkan lesung pipinya yang sangat sejuk.
“Kenapa belum menikah? Jika boleh jujur, sosok kamu sesuai dengan nama kamu. Yasmeen Ahmed. Melati dari Rosulullah.”
“Tidak sedikit orang yang bilang begitu kepadaku, Banyu. Tapi entahlah, kadang aku bingung dengan misteri.”

Yasmeen menghela nafas panjang. Sesekali menatap wajah Banyu yang pandangannya menerawang kosong melihat langit. Sambung Yasmeen, “Dulu aku pernah solat istiqarah dan mohon diberi petunjuk kepada Tuhan siapakah jodohku. Kemudian dalam mimpi itu aku berada di suatu tempat. Tapi dalam keyakinanku tempat itu Indonesia. Di Jogja. Aku bertemu dengan orang sufi. Mungkin orang itu adalah jodohku.”

Banyu langsung terperangah mendengar perkataan Yasmeen kalau jodohnya orang dari Jogja. Tapi sangatlah tidak mungkin kalau jodoh Yasmeen adalah dia. Banyu tidak tahu apapun soal agama. Dia tidak bisa membaca Al-Qur’an. Bahkan satu surat sekalipun dia tidak bisa. Apalagi menjadi seorang sufi.

Mata Banyu masih kosong menerawang langit. Apakah benar di atas langit sana ada air? Atau ada api? Atau jangan-jangan ada aku? Banyu terus berfikir menemukan jawaban dari pertanyaan guru Landhung di atas langit sana ada apa saja. Sesaat kemudian, Banyu menundukkan kepala sembari menatap wajah Yasmeen.
“Maukah kamu menikah denganku, Yasmeen? Jujur sekarang aku tidak punya apa-apa. Bahkan sepeser uang sekalipun. Tapi jika kamu tahu, aku lebih kaya dari Ayahmu yang mempunyai pesantren, rumah, mobil, dan setumpuk harta lainnya.”
“Oh ya,” Yasmeen menatap wajah Banyu dengan penasaran. “Alasanmu kenapa?”   
“Pernah suatu malam duduk sendiri, aku bertanya kepada Tuhan. Tuhan, berapakah harga langit-langit, bintang, dan bulan? Aku ingin membelinya.”
“Terus Tuhan bilang apa?”
“Tuhan hanya diam. Tidak menjawab apa-apa. Bahkan sampai sekarang juga tidak ada orang satupun yang memberitahuku berapa harga langit-langit, bintang, dan bulan itu. Lantas aku berfikir, mungkin sekarang ini aku adalah orang paling kaya sedunia. Ketika orang lain hanya bisa mempunyai mobil, rumah, perusahaan, dan setumpuk harta lainnya, tapi aku pernah berniat untuk membeli langit-langit, bintang, dan bulan. Seandainya saja sekarang ini Tuhan memberitahu aku berapa harga langit-langit, bintang, dan bulan itu, maka aku akan membelinya dan aku berikan kepadamu sebagai mahar pernikahanku.”
“Dengan apa kamu akan membelinya? Dengan uang?”
“Bukan. Bukan dengan uang.”
“Dengan ilmu?
“Juga bukan.”
“Terus?!”
“Jujur sekarang aku tidak punya uang dan ilmu. Aku juga tidak bisa baca Al-Qur’an sama sekali. Bahkan satu surat sekalipun. Apalagi menjadi seorang sufi. Tapi aku pernah mendengar perkataan Cak Nun. Tanpa aku sadari beliau adalah salah satu guruku. Beliau pernah bilang bahwa ilmu pengetahuan seluas samudera sekalipun, harta sebanyak apapun di muka bumi ini, sesungguhnya semua ilmu dan harta itu tidak akan ada apa-apanya kalau sudah dihadapkan pada….”
“Apa itu, Banyu?!”
“Iqra’….”
“Jadi satu ayat itu yang akan kamu pakai sebagai mahar pernikahan untuk melamarku?!”
“Ya, Iqra’ Yasmeen Ahmed.”
“Iqra’….”

 Jogja - Jakarta, 2006 - 2007
*) iqra’ = bacalah! (ayat pertama kali yang turun dalam Al-Qur’an)


Sumber : http://www.lokerseni.web.id/2012/03/surat-tanpa-ayat-cerpen-islam-terbaru.html

Kumpulan Software Islami

Software islami baru dapat ne.. silakan di gunakan dan share ke yang lain . jangan pelit ilmu bagi orang islam

mobile software download klik disini
Adzan download klik disini
arabic download klik disini
Calender download klik disini
Font arabic download klik disini
Hadist download klik disini
Kamus download klik disini
quran download klik disini
shalat guide download klik disini
waris download klik disini

sumber : islam-download.net
zakat download klik disini

Konferensi Wilayah Ke 15







Untuk meregenerasi kepengurusan Pengurus Wilayah maka diadakan Konfrensi Wilayah ke 15 PII Kalimantan Timur Yang rencana Awalnya diadakan di Kutai Kartanegara, karena terkendala sesuatu hal maka kegiatan dipindahkan ke Kota Samarinda, Tempat acaranya di Guest house Universitas Mulawarman

Dalam acara ini bertindak sebagai Presidium sidang yaitu , abdul kamal (Kukar), M. Yasir ( Kukar), Andi Hamzah (Paser)